ORGANISASI
PENDIDIKAN : JENIS DAN STRATEGI PENGUATAN
A.
Latar Belakang
Bismillahirrohmanirrohiim.
Dengan penuh rahmat-Nya kami memulai pembacaan tentang organisasi pendidikan
sesuai yang ditugaskan kepada kami. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial
di dunia tidak luput dari keanggotaan suatu organisasi. Organisasi merupakan
wahana sosialisasi dimana orang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan
bersama dengan lebih mudah, efektif dan efisien.
Pendidikan
adalah infestasi jangka panjang dalam upaya pembangunan sumber daya manusia
(SDM) merupakan satu bentuk upaya yang dilakukan dalam konteks organisasi, baik
itu keluarga, masyarakat, sekolah, atau jenis organisasi lainnya. Pendidikan memiliki
tujuan utama yang harus dicapai yang kita yakini sebagai tujuan pendidikan. Pencapaian
tujuan ini akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan dengan menggunakan
pendekatan organisasi. Dalam perkembangannya organisasi pendidikan adalah salah
satu organisasi formal (sekolah atau madrasah) yang dipercaya dan diharapkan
mampu membekali putra-putri bangsa menyongsong masa depannya.
Sekolah
sebagai organisasi dapat kita lihat dari dua sisi, yaitu tempat terjadinya
proses pendidikan dan organisasi pendidikan formal yang memiliki tujuan sama,
yaitu tujuan pendidikan sekolah. Penyelenggaraan pendidikan dalam sebuah
organisasi menunjukkan bahwa keberadaan organisasi pendidikan ini ditujukan
untuk mencapai tujuan pendidikan lebih efektif dan efisien.
B.
Pengertian Organisasi Pendidikan
Istilah
organisasi secara etimologi berasal dari bahasa latin “organum” yang berarti “alat”. Sedangkan “organize”
(bahasa inggris) berarti “mengorganisasikan” yang menunjukkan sebuah proses
untuk mencapai sesuatu. Organisasi sebagai
salah satu fungsi managemen sesungguhnya telah banyak disefinisikan oleh
para ahli. Gibson at.all (1995:6) dalam Imam Machali dkk. Mengartikan
organisasi sebagai wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang
sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri.
Sedangkan
Robbins (1994:4) masih dalam buku yang sma, mendefinisikan organisasi seabagai
kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah
batasan yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan.
Sekali
lagi masih dalam rujukan yang sama, Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa
organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang
bekerja secara bersama dan formal dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang
telah ditetapkan ikatan mana orang/kelompok yang disebut atasan dan mana yang
disebut bawahan. Prajudi Atmosudirjo juga mengemukakan bahwa organisasi adalah
“struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara
sekelompok orang-orang pemegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk
bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
Hoy
dan Miskel (2001:1) dalam Ara Hidayat dan Imam Machali, menelusuri kajian
organisasi dalam tiga pandangan, yaitu rasional, natural, dan open system. Pandangan rasional organisasi merupakan instrumen
formal yang dibuat untuk mencapai tujuan organisasi dan struktur merupakan
instrumen formal yang dibuat untuk mencapai tujuan. Pandangan natural
organisasi dipandang sebagai kelompok sosial khusus yang bertujuan untuk pertahanan,
orang-orang merupakan aspek penting. Sedangkan pandangan open system adalah
organisasi dipandang sebagai sesuatu yang potensial untuk menggabungkan
komponen rasional dan natural dalam suatu kerangka dan memberikan satu
pandangan yang lebih lengkap.
Dari
beberapa pengertian yang tertera dia atas menunjukkan bahwa organisasi adalah
sebuah wadah, tempat atau sistem untuk melakukan kegiatan bersama untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Sedang pengorganisasian (organizing) merupakan
proses pembentukan wadah/sistem dan penyusunan anggota dalam bentuk struktur
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Kemudian
jika dikaitkan dengan pendidikan (organisasi pendidikan) adalah tempat untuk
melakukan aktivitas Pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan. Sedang pengorganisasian pendidikan adalah sebuah proses pembentukan
tempat atau sistem dalam rangka melakukan kegiatan kependidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang diinginkan.
Mulanya
penting kiranya kita memahami unsur-unsur dasar pembentuk sebuah organisasi,
yaitu;
1.
Adanya
tujuan bersama, organisasi mensyaratkan sesuatu yang akan diinginkan, biasanya
terumuskan dalam visi, misi, target, tujuan. Dalam hal ini sekolah harus
merumuskan visi, misi, tujuan pendidikan dalam wadah dan sistem pendidikan
tersebut yang ingin dicapai.
2.
Adanya
kerja sama dua orang atau lebih untuk mewujudkan tujuan bersama,
3.
Adanya
pembagian tugas, untuk efektifitas, efisiensi, dan produktifitas organisasi,
4.
Adanya
kehendak bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Sekolah sebgai
lembaga pendidikan sudah seharusnya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan
pendidikan formal bisa tercapai dengan maksimal. Unsur-unsur personal
dilingkungan pendidikan adalah kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid.
Selain itu uga sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang berada dibawah
instansi atasan baik iti kantor dinas atau akntor wilayah departemen yang
bersangkutan.
Organisasi
pendidikan yang baik hendaklah membagi tugas-tugas dan tanggungjawab dengan
sesuai kapasitas, fungsi dan wewenang serta kemampuannya untuk mencapai tujuan
pendidikan. Melalui stuktur organisasi yang ada anggota organisasi pendidikan
akan mengetahui tugas dan wewenang semua steakholder pendidikan.
Dengan
organisasi yang baik dapat dihindari sistem organisasi yang bersifat otoriter
dan inklusif terhadap semua anggota.
C.
Tujuan dan Manfaat Organisasi Pendidikan
Pendidikan
sebagai sebuah organisasi harus dikelola sedemikian rupa sehingga aktivitas
pelaksanaan program organisasi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Di
antara manfaat dan tujuan organisasipendidikan adalah;
1.
Mengatasi
keterbatasan kemampuan, kemauan dan sumber daya yang dimiliki dalam mencapai
tujuan pendidikan.
2.
Terciptanya
efektifitas dan efisiensi organisasi dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan,
3.
Sebagai
wadah pengembangan potensi dan spesialisasi yang dimiliki,
4.
Menjadi
tempat pengembangan ilmu pengetahuan, dan lain-lain.
Sedang
dalam literatur lain kami temukan aspek-aspek organisasi adalah komponen-komponen
yang harus ada dalam suatu organisasi. O’Connor, T.
mengungkapkan bahwa organisasi setidaknya memiliki empat komponen utama, yaitu mission (misi), goals (tujuan), objectives
(sasaran) dan behavior (perilaku). Mission adalah alasan utama keberadaan
suatu organisasi atau bisa dikatakan untuk apa (misi) organisasi tersebut ada. Goals adalah tujuan umum atau tujuan
divisi-divisi fungsional organisasi yang dihubungkan dengan stake holder
organisasi. Sedang Objectives adalah
sasaran/hasil yang spesifik, terukur dan terkait dengan tujuan. Sedangkan behaviors mengacu pada produktivitas
dari tugas-tugas rutin pegawai. Hal ini sejalan dengan yang kami tuliskan di
atas.
D.
Jenis Organisasi Pendidikan
Jenis
organisasi pendidikan secara umum terbagi menjadi dua, yaitu organisasi formal
dan informal.
1.
Organisasi Formal
Organisasi formal adalah organisasi
yang dicirikan oleh struktur organisasi. Keberadaan struktur organisasi yang
menjadi pembeda utama antara organisasi formal dan informal. Struktur
organisasi formal dimaksudkan untuk menyediakan penugasan kewajiban dan
tanggung jawab memperlihatkan hubungan tertentu antara personil-personil
organisasi. Struktur dalam organisasi memperlihatkan unsur-unsur administrasi
berikut:
·
Kedudukan
: Kedudukan struktur menggambarkan letak/posisi setiap orang dalam organisasi.
·
Hierarki kekuasaan
: struktur digambarkan sebagai suatu rangkaian hubungan antara satu orang
dengan yang lainnya dalam suatu organisasi.
·
Kedudukan garis dan
staff : organisasi garis menegaskan struktur
pengambilan keputusan, jalan permohonan, saluran komunikasi, mengeluatkan
instruksi, perinyah dan petunjuk pelaksanaan.
Bentuk skema struktur
organisasi formal dapat berbentuk piramida, mendatar atau melingkar.
2.
Informal
Sulit mendefinisikannya, namun
keberadaan organisasi informal dapat dilihat dari 3 karakteristik, yaitu norma
perilaku, tekanan untuk adaptasi, dan kepemimpinan informal (Sutisna, 1993:221)
dalam Ara Hidayat dan Imam Machali.
Norma perilaku adalah standar perilaku
yang diharapkan menjadi perilaku bersama yang ditetapkan oleh kelompok, dalam
sebuah kesepakatan bersama tidak tertulis di antara orang-orang dalam
organisasi tersebut.
Tekanan untuk menyesuaikan diri akan
muncul apabila seseorang akan bergabung dalam dalam sebuah organisasi, tidak semata
secara fisik melainkan melibatkan sosio-emosional individu-individunya dsehingga
menjadi satu kesatuan dan lebih spesifik dimiliki oleh antar individu.
Kepemimpinan formal dalam organisasi
informal menjadi salah satu komponen yang sangat kuat mempengaruhi orang-orang
di dalam organisasi bahkan dimungkinkan melebihi kepemimpinan dalam organisasi
formal, dimana seseorang dipatuhi bukan karena memiliki jabatan, tetapi ada
kelebihan yang secara alamiah dan mampu mempengaruhi orang lain tanpa paksaan
apapun.
Mengenai Jenis
organisasi memang tidak sedikit jumlahnya namun pemakah mengambil satu jenis
organisasi yang paling urgen dan patut untuk dikaji yaitu jenis organisasi
dilihat dari segi tujuannya:
1.
Organisasi
profit
Organisasi profit
adalah organisasi yang tujuan didirikannya untuk mengambil keuntungan.
Misalnya: perusahaan, koprasi, dan lain sebagainya.
2.
Organisasi
nonprofit
Organisasi
nonprofi adalah organisasi yang didirikan bukan untuk mencari keuntungan
(materi). Misalnya : LSM, ormas, sekolah, pesantren, dll.
Setiap lembaga atau satuan pendidikan memiliki
tujuan dasar dalam pendidikan, hal ini
tercantum dalam UU sisdiknas Tahun 2003 yang berbunyi:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Jika melihat daripada tujuan terlaksananya
pendidikan di atas, maka dapat kita lihat bahwa setidaknya pendidikan memiliki
beberapa komponen antara lain:
1.
Usaha
sadar dan terencana
2.
mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan
potensi dirinya dan,
3.
memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Yang mana dalam komponen tersebut jelas bahwa
pendidikan dituntut untuk ikut serta dalam pembangunan bangsa yakni dengan
pengembangan sumberdaya manusia yang berakhlak mulia atau dengan kata lain
menjadi insan khamil. Namun kiranya dalam praktek pendidikan lembaga atau
satuan pendidikan yang dulunya non profit sekarang menjadi profit, hal ini
dapat dilihat dari tujuan pendidikan yang telah ditetapkan jika dibandingkan
dengan jenis organisasi pendidikan dilihat dari segi tujuannya di atas, yang
mana lembaga atau satuan pendidikan dalam fenomena yang ada pendidikan itu
hanya diorientasikan menjadi alat untuk mencari keuntungan (lembaga profit),
hal ini terbukti dengan adanya lembaga pendidikan yang berlomba-lomba untuk
mencari uang layaknya perusahaan yang menjual jasa demi keuntungan (proyek) dan
didirikannya lembaga sekolah unggulan dan sekolah internasional.
a.
Sekolah
atau lembaga sebagai proyek
Hal
semacam ini akan berdampak terhadap peserta didik, yang mana hak-haknya dalam
proses belajar mengajar pasti akan terganggu, karena pendidik akan sibuk dengan
proyek-proyek yang sedang dikerjakannya.
b.
Sekolah
unggulan dan sekolah internasional
Dengan
adanya sekolah unggulan dan sekolah internasional maka yang terjadi adalah
sekolah hanya berorientasi untuk mencari keuntungan, dari problema tersebut
tentu secara tidak langsung akan berdampak terhadap masyarakat, dimana
masyarakat yang berada dibawah rata-rata tentu tidak akan mampu untuk mengakses
pendidikan yang layak, karena pendidikan sudah dikuasai oleh kaum elit yang
bisa memberikan uang banyak (elitisasi).
E.
Budaya Organisasi
Micheal
Amstrong menyatakan bahwa budaya organisasi adalah “pola sikap, keyakian,
asumsi dan harapan yang dimiliki bersama, yang mungkin tidak tercatat, tetapi
membentuk cara bagaimana orang-orang bertindak dan berinteraksi dalam
organisasi dan mendukung bagaimana hal-hal itu dilakukan.
Budaya
organisasi merupakan pola nilai-nilai, kepercayaan, asumsi-asumsi, sikap-sikap
dan kebiasaan seseorang atau kelompok manusia yang mempengaruhi prilaku kerja
dan cara bekerja dalam organisasi.
Dalam
pengertian lain, buadaya organiasasi adalah sebuah sistem nilai, kepercayaan
dan kebiasaan-kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi
sehingga menghasilkan norma-norma prilaku organisasi.
Davis
menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai
organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktikkan organisasi sehingga pola
tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar atauran berperilaku dalam
organiasi. Budaya diyakini berpengaruh terhadap kehidupan organisasi. Budaya
dapat difikirkan sebagai persepsi yang tidak terwujudkan di mana secara umum
hal tersebut diterima oleh suatu kelompok tertentu.
F.
Strategi Penguatan Organisasi Pendidikaorganisasian
Kesuksesan dalam
organisasi sangat tergantung kepada para anggotanya baik dalam hal hubungan
antar individu maupun kelompoknya. Sikap yang sangat urgen dalam
pembentukan komunikasi yang solid adalah
dengan membangun komunikasi dan saling memberikan kepercayaan. Selain itu juga
dalam berorganisasi dibutuhkan pula kualitas serta integritas yang tinggi,
kerena dengan semua itu akan terbentuk struktur atau susunan organisasi yang
harmonis.
Mengambil dari
bukunya Durkheim yang berjudul “Devicision Of Labor In Society” ia membagi
solidaritas menjadi dua bagian, yaitu:
1.
Solidaritas
Mekanik
Ciri khas solidaritas mekanik didasarkan kepada
tingat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan dan sentimen (perasaan) yang
sama pada organisasi sebagai suatu sistem dalam bekerja sama. Dengan kata lain
solidaritas mekanik ini merupakan solidaritas yang didasarkan pada hubungan
mekanis antara anggota organisasi, tidak adanya pembagian tugas, namun
pekerjaan dilakukan secara bersama-sama secara spontan.
Bagi organisasi yang hanya mengenal jenis
solidaritas mekanik, apapunjenis pekerjaan akan dilakukan secara bersama-sama.
Akibatnya, tidak ada pembagian tugas seacra sistematis karena setiap individu
melakukan tugas tanpa memperhatikan spesialisasinya. Maka jika terjadi
kegagalan terhadap kualitas hasil pekerjaan dalam organisasi tidak ada yang
bertanggungjawab. Hal ini dapat mengakibatkan adanya saling melempar kesalahan.
2.
Solidaritas
Organik
Solidaritas organik adalah lawan dari
solidaritas mekanik, maksudnya adalah adanya pembagian tugas yang jelas, dimana
setiap individu yang terlibat penyelesaian suatu pekerjaan akan memegang
wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Ciri dari solidaritas
organik ini didasarkan pada saling ketergantungan yang tinggi. Solidaritas
organik merupakan solidaritas yang didasarkan pada pembagian kerja dan tanggung
jawab yang jelas antar anggota organisasi seperti perusahaan dan organisasi
pemerintah.
Organisasi adalah
sekumpulan atau ikatan yang terdiri dari beberapa anggota yang terstruktur dan terjadi pola komunikasi didalamnya serta memiliki tujuan tertentu. Dalam berorganisasi tidak hanya hubungan yang solid
saja yang perlu dibangun akan tetapi juga rasa kesadaran antara anggota dan
komitmen yang tinggi untuk membangun serta mengembangkan organisasi tersebut,
agar sesuai dengan tujuan dibentuknya organisasi itu. Dalam kaitannya lembaga
atau satuan pendidikan tentu tidak lepas dari tujuan pendidikan dimana tujuan
tersebut tercantum dalam UU sisdiknas Tahun 2003 yang mana didalamnya dikatakan
bahwa:
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Jika melihat tujuan pendidikan tersebut di atas maka
setidaknya pendidikan dalam artian idealnya harus benar-benar dijalankan sesuai
dengan prinsip-prinsip organisasi secara formal yaitu menjadikan manusia sebagi
insan khamil.
http://riasahirin.wordpress.com/2009/10/30/organisasi-pendidikan, diunggah pada
tanggal 03 April 2013 jam 14.00 WIB.
Comments
Post a Comment