Posts

Showing posts from November, 2013

Strategi dan Perencanaan Pengembangan Keagamaan Pada Anak Usia Dini

  A.       Strategi Pengembangan Keagamaan Pada PAUD 1.        Menanamkan Rasa Cinta Kepada Allah SWT Diantara cara membimbing anak menuju akidah yang benar adalah dengan mendidik mereka untuk mencintai Allah. Pendidikan ini harus diberikan sejak   ini. Pada saat tersebut, mulailah mereka diperkenalkan kepada makhluk-makhluk Allah (manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan) yang terdekat disekitar mereka.   Selain itu, juga perlu diupayakan adanya keterikatan antara mereka dengan yang   telah menciptakannya, pemilik keagungan, pemberi nikmat, dan maha dermawan.   Dengan bentuk seperti ini anak pasti akan mencintai Allah (Rajih, 2008: 87-88) Rasa cinta kepada Allah beserta seluruh ciptaannya dapat diperkenalkan pada anak usia dini melalui pembelajaran saintifik. Pembelajaran saintifik tersebut akan mengenalkan akan pada makhluk ciptaan Allah sekaligus mengenalkan anak untuk mencintai ilmu pengetahuan dengan proses mengamati. Menciptakan rasa cinta kepada Allah juga diikuti oleh men

DAULAH ABASYYIAH (AL MA"MUN & HARUN AL RASYID)

B. Khalifah Al-Ma’mun Setelah wafatnya Harun Al-Rasyid, keluarga dari Bani Abbas melanjutkan kekhalifahannya, yaitu Al-Ma’mun (813-833). Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai sejarah peadaban pada masa Al-Ma’mun. Ada lebih baiknya kita mengenal biografi Al-Ma’mun. Nama lengkap khalifah ini adalah Abdullah Abbas Al-Ma’mun. Abdullah Al-Ma’mun dilahirkan pada tanggal 15 Rabi’ul Awal 170 H/ 786 M. Bertepatan dengan wafat kakeknya Musa Al-Hadi dan naik tahta ayahnya, Harun Al-Rasyid. Al-Ma’mun termasuk putra yang jenius, sebelum usia 5 tahun ia dididik agama dan membaca Al-Qur’an oleh dua orang ahli yang terkenal bernama Kasai Nahvi dan Yazidi. Al-Ma’mun beribukan seorang bekas hamba sahaya bernama Marajil. Selain belajar Al-Qur’an, ia juga belajar Hadits dari Imam Malik di Madinah. Kitab yang digunakan adalah karya Imam Malik sendiri, yaitu kitab Al-muwatha. Disamping ilmu-ilmu itu, ia juga pandai Ilmu sastra, belajar Ilmu tata Negara, hukum filsafat, astronomi, dan lain seba

PENAFSIRAN AL-QUR’AN PADA MASA KLASIK

                     PENAFSIRAN AL - QUR’AN PADA MASA KLASIK A.     METODE PENAFSIRAN AL-QUR’AN Sebelum berbicara tentang metode penafsiran al-Qur’an, terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang pengertian metode itu sendiri. Metode adalah : Cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud . Dalam hal ini berarti berbicara menganai hubungan tafsir al-Qur’an dengan media atau alat yang digunakan dalam menafsirkan al-Qur’an. Media untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman teks-teks atas nash al-Qur’an dapat berupa; nash (al-Qur’an dan al-Hadits), akal, ataupun intuisi. 1.    Bentuk Penafsiran Yang dimaksud dengan bentuk penafsiran disini ialah naw’ (macam atau jenis) penafsiran. Sepanjang sejarah penafsiran Al-Qur’an, paling tidak ada dua bentuk penafsiran yang dipakai (diterapkan) oleh ulama’ yaitu Al-Ma’tsur (riwayat) dan Al-Ra’y (pemikiran). a.     Bentuk Riwayat ( Al-Ma’tsur ) Penafsiran yang berbentuk riwayat atau apa yang sering disebut dengan