Strategi dan Perencanaan Pengembangan Keagamaan Pada Anak Usia Dini

  A.       Strategi Pengembangan Keagamaan Pada PAUD 1.        Menanamkan Rasa Cinta Kepada Allah SWT Diantara cara membimbing anak menuju akidah yang benar adalah dengan mendidik mereka untuk mencintai Allah. Pendidikan ini harus diberikan sejak   ini. Pada saat tersebut, mulailah mereka diperkenalkan kepada makhluk-makhluk Allah (manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan) yang terdekat disekitar mereka.   Selain itu, juga perlu diupayakan adanya keterikatan antara mereka dengan yang   telah menciptakannya, pemilik keagungan, pemberi nikmat, dan maha dermawan.   Dengan bentuk seperti ini anak pasti akan mencintai Allah (Rajih, 2008: 87-88) Rasa cinta kepada Allah beserta seluruh ciptaannya dapat diperkenalkan pada anak usia dini melalui pembelajaran saintifik. Pembelajaran saintifik tersebut akan mengenalkan akan pada makhluk ciptaan Allah sekaligus mengenalkan anak untuk mencintai ilmu pengetahuan dengan proses mengamati. Menciptakan rasa cinta kepada Allah juga diikuti oleh men

ISLAM NUSANTARA

Oleh : RATIH SANTHIKA, K1A015002

ISLAM NUSANTARA

PENDAHULUAN

    1.1    LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang sempurna. Ajaran agama dari Allah SWT yang disebarkan dan diajarkan melalui Nabi Muhammad SAW. Islam pertama kali disebarkan di Makkah, dikarenakan Nabi Muhammad SAW tinggal dan besar di sana. Setelah Makkah, kemudian disebarluaskan di Madinah. Perjalanan penyebaran agama islam itu tidak mudah. Banyak rintangan yang harus Rasulullah SAW hadapi selama penyebaran agama islam ini. Penyebaran agama islam ini hingga sampai di Indonesia. Walau bukan Nabi Muhammad langsung yang menyebarkannya.
Islam pertama kali disebarkan di Makkah. Sehingga banyak budaya dari Makkah yang terbawa, karena islam pertama kali ada di sana. Budaya itu terbawa hingga sekarang, ada, dan diyakini oleh masyarakat muslim di dunia yang dianggapnya sebagai budaya islam. Mereka meyakini karena itu merupakan kebiasaan Nabi Muhammad SAW yang menjadi sunnah bagi umatnya. Melakukannya karna niat sunnah Allah ta’ala.
Islam Nusantara merupakan islam yang tetap menjalankan syariat islam dan tetap mempertahankan budaya nusantaranya. Islam Nusantara di Indonesia memang hanya sebagian orang yang meyakininya bahwa kita tetap menjalankan syariat islam serta tidak lupa akan budaya-budaya Indonesia. Indonesia memang bukan negara islam, akan tetapi mayoritas masyarakatnya adalah muslim. Untuk itu, mereka menginginkan Indonesia tetap menjadi negara yang mayoritas muslim dengan masyarakat yang tetap mempertahankan dan melestarikan budaya Indonesia. Indonesia pula mempunyai dasar negara yang luhur, yang mana menegakkan keadilan. Akan tetapi, kecapaian suatu keadilan yang sesuai dengan cara Indonesia sendiri.
Islam di Indonesia memiliki banyak organisasi. Akan tetapi, mereka yang berada di dalamnya menganggap itu adalah sebuah aliran cabang dari islam. Sehingga, dengan adanya Islam Nusantara ini menuai banyak pro dan kontra di kalangan masyarakat muslim di Indonesia. Untuk itu, pro dan kontra itu akan di bahas dalam makalah ini.
   
PEMBAHASAN

      2.1    ISLAM NUSANTARA
Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya banyak, dengan mayoritasnya memeluk agama islam. Akan tetapi, tidak dipungkiri bahwa Indonesia bukanlah negara islam. Menurut Prof. Dr. Nurcholish Majid (1998) menyatakan bahwa Indonesia memiliki 17.600 pulau baik itu pulau yang besar maupun pulau yang kecil. Indonesia adalah negara kepulauan yan ter besar di dunia dan negara yang memiliki banyak keragaman seperti, suku, bahasa, ras budaya, serta agama.
Indonesia merupakan negara yang berasaskan ideologi Pancasila. Menawarkan sebagai penyatuan antara para kaum nasionalis dengan para polotis yang berorientasi islam. Petinggi islam di Indonesia menerima adanya pancasila dengan dicantumkannya pada pancasila serta pembukaan UUD 1945 yang tidak bertentangan dengan yang ada di ajaran islam. Ini  hal yang penting karena ini adalah akar dari pluralisme Islam Indonesia (Matsuki, 2014). Pancasila adalah titik terang antara kelompok agama yang berbeda-beda. Seperti firman Allah SWT dalam surat Al-‘Imron ayat 64.

Katakanlah wakai para pengikut kitab suci, marilah menuju kepada kalimat-un sawa’ (kalimat antara ajaran yang sama) antara kami dan kami, yaitu bahwa kita tidak menyembah kecuali Allah, dan tidak mempersekutukan-Nya kepada sesuatu apapun juga, dan sebagian dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain selaku tuan-tuan selain daripada Allah...”.(Q.S AL-‘Imron : 64)

Kata “Islam Nusantara” mucul dan menjadi perbincangan di semua kalangan pada 2015. Entah itu pertama kalinya kata itu muncul atau baru populer pada tahun 2015. Islam Nusantara dilihat dari katanya dapat diartikan bahwa Islam yang ada di Nusantara. Berarti, islam yang mencangkup semua yang ada di Nusantara. Seharusnya, ini dapat diakui dan diyakini oleh semua kalangan di Indonesia. Akan tetapi, dalam konteksnya hanya beberapa kalangan yang meyakini Islam Nusantara. Islam Nusantara saat ini banyak diketahui yang meyakini Islam Nusantara adalah Kaum Nahdliyin, dan inilah yang menjadi pandangan masyarakat bahwa Islam Nusantara adalah ciri khas dari Kaum Nahdliyin (Mustofa, 2015).
Kata Islam Nusantara akan lebih baik bila menjadi Islam di Nusantara. Ini akan menjadi penyejuk untuk kelompok-kelompok yang salah dalam memahami islam nusantara. Kata “di” ini menunjukkan suatu tempat, dengan kata lain agar menujukkan suatu unsur watak serta karakteristik dari tempat tersebut. Dengan begitu pemahamannya menjadi sebuah islam yang ada di suatu tempat dengan menunjukkan ciri khas atau karakteristik dari tempat tersebut dengan tidak melupakan ajaran serta nilai-nilai ajaran islam.
Islam Nusantara bukanlah anti budaya Arab, akan tetapi untuk melindungi islam. Karena, Islam Nusantara tetaplah berpegang teguh pada aqidah taukhid yang sesuai dengan ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad SAW . Ini bukanlah jawaban dari upaya mencampurkan budaya Arab dengan ajaran-ajaran dalam Islam. Akan tetapi ini merupakan bentuk dari penjelasan betapa pentingnya keselarasan dengan budaya lokal selagi budaya lokal tersebut tidak menyimpang ajaran Islam.
Karakteristik Islam Nusantara sendiri yaitu islam yang toleran dan cinta damai. Islam yang menghargai keberagamaan. Islam yang merangkul, menuntun, memakai hati, mengajak taubat, serta memberikan pemahaman. Ini semua merupakan penjiwaan dari makna rahmatan lil alamin sendiri (Marijan, 2015).

      2.2    PRO ISLAM NUSANTARA
Islam nusantara dipertegas dalam Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 1-5 Agustus 2015. Tema yang diusung adalah Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia, menegaskan ideologi utuk mewujudkan peradaban yang toleran nan damai. Sedangkan Muhammadiyah pun menggelar pesta akbar lima tahunan ke-47 di Makassar pada tanggal 3-7 Agustus 2015 dengan tema Gerakan Perubahan Menuju Indonesia Berkemajuan ini bertujuan untuk memberikan sebuah pencerahan, untuk membebaskan, memperdayakan, serta memajukan kehidupan. Gerakan pencerahan ini bermaksud untuk menjawab problematika manusia seperti kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan masalah-masalah mengenai kultur dan kebudayaan. Gerakan ini pula menjunjung tinggi toleransi di masyarakat sosial (Muktamar47 dalam Mustofa (2015)).
Wacana mengenai Islam Nusantara menjadi perdebatan di masyrakat. Islam merupakan ajaran turunan dari Makkah yang kemudian ke Madinah dan ke daerah-daerah yang lain. Disitulah terjadi pencampuran antara budaya dengan agama. Islam suatu saat bisa saja tidak menerima budaya daerah tersebut, budaya di tempat tersebut bisa juga diperbaiki dalam Islam, dan bisa saja budaya tersebut diterima. Jika ada budaya yang bertentangan dengan agama Islam kita sebaiknya tidak menerimanya atau justru malah memperbaikinya, dan jika sesuai dengan ajaran islam maka alangkah baiknya kita tetap menjalankannya. Ini adalah prinsip islam dalam beradaptasi pada budaya. Ini yang menjadikan islam bermacam-macam karena budaya yang ada di tempat tersebut (Shihab, 2015).
Islam di Indonesia tidak harus seperti Islam di Arab, melainkan Islam yang khas Indonesia. Misalnya jika di Indonesia yang merupakan daerah yang orang-orangnya banyak yang menjadi petani dan nelayan. Ketika, perempuan pergi ke sawah tidak mungkin mengenakan pakaian ala-ala orang Arab atau menggunakan pakaian yang besar-besar yang dipakai untuk menutup aurat. Tetapi, mereka akan mengenakan adat yang biasanya dikenakan ketika ke sawah sesuai dengan adat yang ada di daerah masing-masing. Akan tetapi, dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 59, menyebutkan bahwa mengenakan jilbab adalah kewajban bagi setiap Muslimah yang sudah baligh.
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian ini supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(Q.S Al-Ahzab (33) : 59)
      2.3    KONTRA ISLAM NUSANTARA
Bagi mereka yang kontra ini merupakan salah satu upaya dalam memecah belah umat islam melalui perbedaan kebangsaan dan tempat yang memicu munculnya aliran-aliran sesat dengan iming-iming kebudayaan lokal. Ada pula yang beranggapan bahwa islam nusantara adalah aliran yang sesat. Mereka perpandangan bahwa islam itu datang dari arab, bukan asli dari indonesia. Padahal, islam itu turun dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika islam turun, Nabi Muhammad SAW berada di Arab. Sehingga, mereka berpandangan itu berasal dari Arab. Merekapun, tidak mau jika dengan adanya Islam Nusantara dapat membuat gerakan anti Arab.
Pandangan mereka yang kontra, tidak mau jika apa-apa yang ajaran dalam islam diganti dengan budaya-budaya Indonesia. Ini akan mengakibatkan, perbedaan pelaksanaan di tiap daerahnya dikarenakan ragamnya budaya di Indonesia. Jika ini terjadi, semua akan mengubah menjadi islam yang berasal dari Indonesia.
Konteks seperti ini, jika terus ditindaklanjuti ini akan semakin salah kaprah di berbagai kalangan yang memahaminya. Terlebih lagi dengan aliran-aliran islam yang berbeda-beda di Indonesia. Mungkin semuanya akan mempunyai pacuan sendiri-sendiri. Inilah yang menjadi pemicu perpecahan umat islam di dunia, jika ini benar-benar di terapkan. Mungkin sebaiknya kita tetap menjalankan islam yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan kita menyatu dengan budaya, terlebih budaya itu adalah budaya yang baik yang tidak menyimpang dari ajaran islam. Ini akan membuat islam menjadi lebih indah.
Mereka yang kontra berpandangan bahwa kenapa mereka yang pro berfikir kalau budaya mengenakan jilbab adalah budaya dari Arab. Padahal, dahulu sebelum Islam ada di Arab budaya mereka justru mengenakan pakaian yang mengumbar aurat. Ketika Islam ada, mereka baru mengenal yang namanya menutup aurat dan menyebut penutup auratnya itu adalah jilbab. Seharusnya itu bukan acuan mereka untuk berpikir bahwa itu bukan budaya Islam melainkan budaya Arab. Paradigma yang seperti inilah yang seharusya dihilangkan dan ditanamkan paradigma yang benar dan sesuai aqidah islam.

PENUTUP

Islam Nusantara merupakan islam yang tetap berpegang teguh pada aqidah taukid yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Islam yang dekat dengan budaya dengan tetap berdampingan dengan Islam, selagi budaya itu tidak menyimpang dari ajaran islam. Karakteristik Islam Nusantara yaitu  toleran dan cinta damai. Penjiwaan dari rahmatan lil alamin yaitu islam yang merangkul, menuntun, memakai hati, mengajak taubat, serta memberikan pemahaman. Prinsip islam sendiri yaitu keselarasan, keselarasan dengan budaya setempat yang dapat terciptanya islam yang indah.
Masyarakat yang mendukung adanya Islam Nusantara berpandangan bahwa Islam di Indonesia tidak harus seperti Islam yang ada di Arab. Melainkan, Islam yang mempunyai ciri khas dari indonesia, atau dengan kata lain islam ala Indonesia. Tetap mempertahankan budaya asli Indonesia dengan tidak lupa akan ajaran-ajaran Islam yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Prinsip islam dalam beradaptasi dengan budaya yaitu menjadikan islam dengan keragaman akibat perbedaan kebudayaan dimasing-masing daerah.
Masyarakat yang kontra dengan adanya Islam Nusantara perbandangan bahwa ini akan membuat perpecahan agama Islam di seluruh dunia. Budaya yang ada di Arab saat ini bukanlah murni budaya Arab. Karena, sebelum adanya Islam di Arab, justru masyarakat Arab adalah masyarakat yang jahiliyah, masyarakat yang berpakaian membuka auratnya. Ketika Islam ada di Arab, masyarakat sana mulai mengenal yang namanya jilbab.
Pro dan kontra dalam suatu wacana adalah hal yang wajar. Apalagi dengan wacana yang belum diserap benar-benar dan belum mengerti asal usul wacana itu, serta penjelasan mengenai wacana itu seperti itu apa. Terlebih lagi, wacana ini dilimpahkan pada masyarakat yang minim pengetahuan, mereka akan salahkaprah dalam memahaminya dan akan menjadi berita yang simpang siur nantinya akibat dari pendapat mereka yang pandangan.

SARAN :
Argumen mengenai wacana yang belum dimengerti sebaiknya didiskusikan terlebih dahulu dengan pihak yang lebih tahu mengenai wacana tersebut. Argumen dari orang lain mengenai suatu wacana alangkah lebih baik dipertimbangkan, jangan langsung serap serta memaknai sendiri. Ini akan berakibat fatal jika kita melihat banyak argumen dari sumber yang berbeda-beda.


DAFTAR PUSTAKA

Majid, Nurcholis. 1998. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Mizan : Bandung.
Marijan, Kacung. 2015. Wawancara. Surabaya.
Matsuki, H.S. 2014. Islam Budaya Indonesia dan Posisi Kajian Islam di Perguruan Tinggi Islam. Khazanah. 8 (1) : 16-27.
Mustofa, Saiful. 2015. Meneguhkan Islam Nusantara untuk Islam Berkemajuan : Melacak Akar Epistemologis dan Historis Islam di Nusantara. Episteme. 10 (2) : 405-434.

Shihab, Quraish. 2015. Islam Nusantara di Mata Quraish Shihab. Seminar Nasional. Ubaya.

Comments

Popular posts from this blog

ALIRAN NATIVISME, EMPIRISME DAN KONVERGENSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

ORGANISASI PENDIDIKAN : JENIS DAN STRATEGI PENGUATAN

IPTEK dan Seni Dalam Pandangan Islam