PENDAHULUAN
Salah satu komponen penelitian yang mempunyai arti penting dalam kaitannya
dengan proses studi secara konprehensif adalah komponen metodologi. Pada
komponen ini, metode yang digunakan oleh peneliti dalam mencari dan memecahkan
masalah penelitian diuraikan secara jelas. Tujuannya adalah agar para peneliti
dapat memberikan gambaran yang sistematis dan terencana tentang apa yang hendak
mereka lakukan ketika berada di kancah penelitian., sehingga memberikan peluang
kepada peneliti lain untuk dapat melakukan tracking (penjejakan) kembali jika
diperlukan.
Ada beberapa istilah atau batasan yang berkaitan dengan subjek atau objek
yang hendak diteliti. Beberapa batasan penting tersebut di antaranya tempat
penelitian, populasi penelitian, jumlah subjek yang diperlukan untuk
penelitian, dan teknik pemilihan subjek. Batasan tersebut harus diuraikan oleh
para peneliti baik ketika mereka menyusun rencana penelitian yang biasanya
dituangkan dalam bentuk proposal maupun dalam bentuk laporan penelitian, agar
secara pasti mereka dapat melakukan persiapan kegiatan untuk mendukung
tercapainya pengumpulan data. Dalam makalah ini lebih lanjut akan diterangkan
pembahasan mengenai sampel purposiv dan strategi multi metode.
A.
Sampel
Purposiv Dan Strategi Multi Metode
1.
Definisi
Sampel
Di dalam kehidupan sehari-hari, tata cara sampling
sering dilakukan, baik secara sadar maupun tidak sadar. Seorang ibu rumah
tangga sering melaksanakan sampling kalau ingin mencicipi masakannya. Proses
menarik sebagian subjek, gejala atau objek yang ada pada populasi disebut
sampel.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar,
dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat mengunakan
sampel yang diambil dari populsi itu. Apa yang dipelajari dari sampel,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu populasi
yang diambil harus betul-betul representatif.
Menurut Cholid narbuko dan abu ahmadi sampel yaitu, sebagian individu yang
diselidiki dari keseluruhan individu penelitian.
Menurut kamus besar bahasa indonesia kata Sampel mempunyai arti : Sesuatu
yg digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yg lebih besar atau bagian kecil yang mewakili kelompok atau
keseluruhan yg lebih besar; percontoh.
Sampling (kegiatan mengambil sampel dari populasi),
berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis sumber data yang akan digunakan
dalam penelitian. Dalam menentukan sumber data, peneliti harus mengetahui siapa
dan berapa jumlah orang (narasumber), apa dan di mana aktivitas tertentu serta
dokumen apa yang dikaji. Keputusan ini didasarkan atas teknik sampling yang
digunakan.
Pada penelitian konvensional, sampel ditentukan
berdasar hitungan statistik yang diperkirakan cukup banyak untuk dipakai
mewakili masalah yang ada, sehingga dapat menghasilkan suatu generalisasi umum
yang bisa diterima. Pada penelitian kualitatif, jumlah sampel lebih ditentukan
oleh pertimbangan-pertimbangan yang informatif. Apakah sampel yang dipakai
dapat memberikan informasi yang maksimal. Pemilihan dapat dihentikan bila tidak
lagi didapatkan informasi-informasi baru yang bisa dijadikan kriteria
pemilihan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sampel
adalah bagian dari populasi yang akan menjadi sasaran penelitian. Suatu
penelitian lapangan tidak setiap peneliti mampu menyelidiki obyek yang ada. Hal
tersebut disebabkan beberapa pertimbangan, misalnya keterbatasan waktu, tenaga
dan biaya. Apabila peneliti mengalami hambatan dalam hal tersebut, peneliti
boleh melakukan penelitian sampel.
2. Sampel purposiv
Purposive sampling atau sampel Purposive merupakan salah satu teknik
pengambilan sampel yang sering digunakan dalam penelitian. Secara bahasa, kata purposive berasal
dari kata purpose (bahasa Inggris) yang artinya tujuan, dan tentunya dalam tujuan tersebut ada unsur kesengajaan untuk
mencapainya. Sederhananya,
purposive sampling berarti teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya,
peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan
tertentu. Jadi, sampel diambil tidak secara acak, tapi ditentukan sendiri oleh
peneliti.
a.
Ciri-ciri Purposive
Sampling
Purposive sampling (sampel bertujuan) dapat diketahui dari ciri-cirinya
sebagi
berikut:
Ø Rancangan sampel yang muncul; sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik
terlebih dahulu.
Ø Pemilihan sampel secara berurutan; tujuan memperoleh variasi
sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel
dilakukan jika satuannya sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Setiap
satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi yang telah diperluas
terlebih dahulu sehingga dapat dipertentangkan atau diisi adanya kesenjangan
informasi yang ditemui.
Ø Penyesuaian berkelanjutan dari sampel; pada mulanya setiap sampel dapat
sama kegunaannya, namun sesudah makin bnayak informasi yang masuk dan makin mengembangkan
hipotesis kerja, akan ternyata bahwa sampel makin dipilih atas dasar fokus
penelitian.
Ø Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan; pada sampel purposiv
seperti ini jumlah smapel ditentukan oleh pertimbangan- pertimbangan informasi
yang diperlukan. Jika maksudnya memperluas informasi, dan jika tidak ada lagi
informasi yang dapt dijaring, maka penarikan sampel pun sudah dapat diakhiri.
Jadi, kuncinya disini adalah jika sudah mulai terjadi pengulangan informasi
maka penarikan sampel sudah harus dihentikan.
b.
Cara Memilih Sampel
dengan Menggunakan Purposive Sampling
Memilih sampel
berdasarkan purposive sampling tergantung kriteria apa yang digunakan. Jadi
ditentukan dulu apa kriteria-kriteria sampel yang diambil. Misalnya di suatu
kelas, peneliti mau melihat gambaran prestasi siswa yang mengikuti kegiatan
osis, berarti sampel tidak bisa secara acak karena tidak setiap siswa di kelas
tersebut merupakan anggota osis. Siswa yang diambil sebagai sampel tersebut
haruslah ditentukan sendiri oleh peneliti dan ada kriterianya, dalam hal ini
yaitu : siswa tersebut merupakan anggota osis.
B. Strategi Multi Metode (Tringulasi)
Triangulasi pada
hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat
mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang
diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi
jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut
pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang
handal. Karena itu, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap
objek penelitian.
Dalam penelitian
kualitatif instrumen pokok adalah peneliti itu sendiri dan karena hal tersebut
maka kualitas penelitian kualitatif sangat tergantung pada kualitas diri
penelitinya, termasuk pengalamannya melakukan penelitian merupakan sesuatu yang
sangat berharga. Semakin banyak pengalaman seseorang dalam melakukan penelitian,
semakin peka memahami gejala atau fenomena yang diteliti. Namun demikian,
sebagai manusia, seorang peneliti sulit terhindar dari subjektivitas peneliti
sendiri. Karena itu, setiap peneliti haruslah berusaha untuk semaksimal mungkin
bersikap netral dalam penelitiannya sehingga kebenaran yang diperoleh menjadi
sebuah kebenaran yang valid atau ilmiah.
Suharsimi menjelaskan, bahwa triangulasi merupakan
suatu cara memandang permasalahan terhadap objek yang di evaluasi dari berbagai
sudut pandang, bisa dipandang dari banyaknya metode yang dipakai atau sumber
data, tujuannya agar dapat melihat objek yang dievaluasi dari berbagai sisi, triangulasi
dilakukan untuk mengajar atau mengetahui kualitas data yang di pertanggung
jawabkan.
Dalam berbagai
karyanya, Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau
kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling
terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini, konsep
Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai bidang.
Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu: (1) triangulasi metode, (2)
triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok), (3)
triangulasi sumber data, dan (4) triangulasi teori. Selanjutnya dapat dijeaskan
bahwa :
1. Triangulasi metode
Tringulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan
informasi atau data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam
penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan
survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang tepat dan gambaran yang utuh
mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas
dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi
atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa
menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan
diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini
dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan
penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas,
misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya,
triangulasi tidak perlu dilakukan.
2. Triangulasi Antar Peneliti
Triangulasi antar peneliti dilakukan dengan cara
menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik
ini diakui memperkaya pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek
penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu
harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik
kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari
triangulasi.
3. Triangulasi sumber data
Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran
informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya,
selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi
terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah,
catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu
masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang
selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai
fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan
pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
4. Triangulasi Teori
Yang dimaksud triangulasi teori adalah dimana hasil
akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis
statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori
yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau
kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan
kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara
mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini paling
sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika membandingkan
temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika perbandingannya
menunjukkan hasil yang jauh berbeda.
Sedangkan
Menurut
Sugiyono, teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada.
Menurut Sugiyono ada tiga macam triangulasi yaitu :
a.
Triangulasi sumber, untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data
tentang perilaku murid, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah
diperoleh dapat dilakukan ke guru, teman murid yang bersangkutan dan orang
tuanya. Data dari ketiaga sumber tersebut, tidak bias diratakan seperti dalam
penelitian kuantitatif, tetapi di deskripsikan, dikategorisasikan, mana
pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari tiga sumber data
tersebut. Data yang telah di analisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member chek) dengan ketiga sumber
data tersebut.
b.
Triangulasi Teknik, triangulasi teknik
untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila
dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilakan data yang
berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data
yang bersangkutan atau yang lain, untuk mestikan data mana yang dianggap benar.
Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.
c.
Triangulasi Waktu, waktu juga
sering mempengruhi kredibilitas data. Data yang dikumpul dengan teknik
wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah
akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu, dalam
rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara , observasi, atau teknik lain dalam waktu atau
situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka
dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya.
Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari
tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.
Triangulasi menjadi sangat penting dalam penelitian
kualitatif, kendati pasti menambah waktu dan biaya seta tenaga. Tetapi harus
diakui bahwa triangulasi dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik
mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul.
Bagaimana pun, pemahaman yang mendalam atas masalah yang diteliti merupakan hal
yang sangatlah urgen untuk diperhatikan atau dijunjung tinggi oleh setiap
peneliti kualitatif. Sebab, penelitian kualitatif lahir untuk menangkap arti
yang sebenarnya atau memahami gejala, peristiwa, fakta, kejadian, realitas atau
masalah tertentu mengenai peristiwa sosial dan kemanusiaan dengan
kompleksitasnya secara mendalam, dan bukan untuk menjelaskan hubungan
antar-variabel atau membuktikan hubungan sebab akibat atau korelasi dari suatu
masalah tertentu. Kedalaman pemahaman akan diperoleh hanya jika data cukup
kaya, dan berbagai perspektif digunakan untuk memotret sesuatu fokus masalah
secara komprehensif. Karena itu, memahami dan menjelaskan jelas merupakan dua
wilayah yang tidaklah sama.
Jadi Tringulasi berarti cara terbaik untuk
menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks
suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan
dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan tringulasi, peneliti
dapat me-rechek temuan dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber,
metode, atau teori. Untuk itu maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan :
Ø Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan
Ø Mengeceknya dengan berbagai sumber
Ø Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat
dilakukan.
KES IMPULAN
Purposive
sampling atau sampel Purposive merupakan salah satu teknik pengambilan sampel
yang sering digunakan dalam penelitian. Sederhananya,
purposive sampling berarti teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya,
peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan
tertentu. Jadi, sampel diambil tidak secara acak, tapi ditentukan sendiri oleh
peneliti.
Strategi multi metode atau trianggulasi adalah gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji
fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda.
Sampai saat ini, konsep ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai
bidang.
Strategi multi metode atau triangulasi meliputi
empat hal, yaitu: (1) triangulasi metode, (2) triangulasi antar-peneliti (jika
penelitian dilakukan dengan kelompok), (3) triangulasi sumber data, dan (4)
triangulasi teori
DAFTAR PUSTAKA
Lexy J. Moleong, Metodologi
Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Comments
Post a Comment