Sarah
Ikrimatul Izmi, K1C016065

Iman adalah membenarkan dengan
hati,diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Seseorang yang
dikatakan mukmin apabila seseorang tersebut menjalankan ketiga perintah
tersebut, jika seseorang mengakui dalam hatinya bahwa Allah itu ada tetapi
tidak mengikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan maka seseorang
tersebut belum bisa dikatakan sebagai mukmin yang sempurna, karena ketiga unsur
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak bisa dipisah-pisahkan.
Sehingga sebagai seorang muslim harus menjalankan ketiga unsur
tersebut dengan baik dan benar.
Globalisasi adalah suatu proses yang
mencangkup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak ada
batas-batas yang mengikat,globalisasi juga dikatakan sebagai perubahan sosial
yang sangat berbeda pada zaman dahulu dengan sekarang, misalnya seperti
keterkaitan masyarakat dengan teknologi yang lebih modern dari
sebelumnya, seperti pertukaran budaya, ekonomi internasional, dan lain
sebagainya.
Iman juga dapat mengalami pasang surut,
naik turun bahkan bisa juga menjadi luntur dan lentur. Dalam hal ini semua
orang diuji menghadapi tamparan angin kencang yang bertiup dari segenap
penjuru. Arus informasi globalisasi yang begitu hebat dan dahsyat jelas
meninggalkan dampak bagi kehidupan sehari-hari, baik positif maupun negative
hal ini sangat nyata sehingga tidak dapat bisa dipungkiri lagi kehadiranya,
Dalam kondisi semacam ini semua orang dituntut untuk mampu mengantisipasi
dengan iman yang tangguh, kokoh,kuat disamping memiliki sikap selektif, kritis,
dan analisis yang berpijak pada norma-norma agama.
Rekonstruksi
iman, sebenarnya telah ada pada diri kita sebagai modal dasar dalam berbuat dan
bertolak belakang. Seperti adanya sifat jujur dan takwa. Mengenai masalah
selanjutnya adalah sangat tergantung pada pengembangan serta pengaruh daripada
lingkunganya. Dalam era seperti ini, nilai iman benar-benar amat esensial, oleh
sebab itu pada dewasa ini, masalah pembinaan iman sangat perlu adanya ketekunan
dan keseriusan. Semakin tinggi nilai iman, justru semakin hebat kendala dan
tantanganya, guna mengantisipasi hal tersebut seorang mukmin harus memiliki
persepsi keagamaan yang lurus dan kuat serta benar dan sebagai konsekuensinya
adalah keterasingan dalam arti golongan relative kecil. Memang begitulah
realita bahwa sunatullah ini benar-benar berlaku di muka bumi yang fana ini.
Akhirnya terjadilah perbandingan yang sangat menyolok bahwa prosentasi orang
berbuat kebajikan lebih kecil dan menurun dibanding pelaku perbuatan kejahatan
(maksiat).
Pengaruh
iman pada era globalisasi ada dua yaitu factor internal dan factor
eksternal. Factor ekternalnya antara lain disebabkan adanya pengaruh
perubahan zaman yang tumbuh berkembang di sekitar masyarakan. Sedangkan faktor
internal antara lain disebabkan akibat pengaruh sifat-sifat tercela yang ada pada
diri kita sendiri. Seperti syirik, nifaq dan kabaair. Seluruh sifat inilah
merupakan musuh utama yang dapat menggerogoti iman seseorang sehingga semajin
lama menjadi semakin tipis, bahkan akhirnya bisa juga hilang dan lenyap. Untuk
itu tiada jalan lain kecuali yang harus dilakukan adalah intropeksi diri,
supaya tidak menyaesal di kemudian hari, meningkatkan takwa terhadap allah swt
dalam situasi dan kondisi apapun, meningkatkan prestasi ibadah dengan khusu dan
tawadu karena Allah semata, meningkatkan amal shaleh yang bermanfaat bagi diri
sendiri maupun masyarakat, meninggalkan amal maksiat yang dapat merusak dan
berbahaya bagi kemaslahatan umat, aktif mengikuti majelis taklim dalam rangka
mengupgrade diri menuju kesempurnaan dan keutamaan.
Kondisi
iman pada era globalisasi sudah semakin menghawatirkan karena budaya
kebarat-baratan sudah mempengaruhi sebagian besar remaja di Indonesia, seperti
pada cara berpakaian yang telah dikenaka oleh remaja sekarang tidak sesuai
dengan syariat Islam, anak remaja sekarang bertutur kata tidak sopan kepada
orang yang lebih tua, tidak memanfaatkan teknologi dengan baik, anak remaja
lebih sering mendatangi tempat-tempat seperti diskotik dibanding dating ke
masjid, hal tersebut sangat membahayakan bagi penerus bangsa dan dapat
menghilangkan ajaran-ajaran Islam yang telah dibawa oleh rasulullah pada zaman
dahulu.
Perilaku
pada zaman dahulu antara lain adalah manggunakan pakain yang sopan, bertutur
kata yang baik kepada orang yang lebih tua, Selalu beriktiar dan berdo'a kepada
Allah, sering membaca al-quran, sedangkan perilaku pada zaman era globalisasi
adalah berprilaku tidak sopan, bertutur kata yang tidak sopan kepada orang yang
lebih tua, berpakaian yang kurang sopan, jarang mendekatkan diri kepada Allah,
lebih banyak mengunjumgi diskotik dibandingkan dengan masjid. Iman di era
globalisasi saat ini sudah menghawatirkan karena masyarakat indonesia sudah
terpengaruh oleh budaya kebarat-baratan sehingga membuat keimanan seseorang
berubah, dan hal tersebut juga bisa merubah kaidah-kaidah dalam Islam. Kalau
dibiarkan terus menerus maka keimanan seseorang bisa luntur karena budaya barat
yang semakin berkembang.
Comments
Post a Comment