Oleh : Eka Wahyuni, K1C016043
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian bahasa merupakan kapasitas
khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi
yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut.
Manusia membutuhkan bahasa dalam hal berhubungan dengan manusia lain, tujuannya
agar orang lain mengerti mengenai sesuatu apa yang kita maksud saat berhubungan
sosial. Manusia sebagai makhluk sosial, maka sudah barang pasti akan
membutuhkan manusia lainnya dalam menjalani hidup. Namun ada beberapa orang
memilih menggunakan suatu bahasa isyarat atau kata-kata yang hanya mampu
dipahami oleh jenis orang tertentu atau suatu kelompok, geng tertentu saja
dalam interaksi mereka.
Pada
zaman modern seperti sekarang, banyak sekali remaja menggunakan kata-kata yang
sangat asing ketika didengar oleh telinga masyarakat awam. Bahasa seperti ini
disebut dengan Bahasa Slang. Bahasa Slang dapat kita artikan sebagai ragam
bahasa tidak resmi dan tidak baku yang sifatnya musiman, dipakai oleh kaum
remaja atau kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern dengan maksud agar
yang bukan anggota kelompok tidak mengerti. Munculnya bahasa seperti ini,
membuat beberapa pengaruh, baik dalam kehidupan masyarakat bersosialisasi
maupun pada makna kata tersebut yang jadi mengalami pergeseran. Terkadang
generasi yang disebut “Anak Muda Kekinian” ini yang membuat beberapa kata dalam
Bahasa Indonesia mengalami pergeseran atau pengalih fungsian makna. Membodohi
khalayak dengan kemampuan bahasa yang dipelesetkan untuk kepentingan bergaul,
para ‘kekinian’ ini sering menyebut diri mereka sebagai Anak Gaul yang mampu
menyelaraskan diri dengan perkembangan zaman, tidak kuno. Generasi ‘kekinian’
menilai seseorang dari seberapa jauh tingkat pengetahuan bahasa anak tersebut
dalam sebuah pergaulan. Bahasa seperti ini akan berdampak buruk pada beberapa
hal, tidak hanya pada tatanan bahasa yang semakin ngawur, melainkan pengaruhnya
terhadap mental sosialisasi seseorang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.
Sejarah
Munculnya Bahasa Slang.
Sebenarnya
sulit menyebutkan secara pasti kapan bahasa Slang mulai muncul, namun bahasa
slang atau gaul ini sudah ada sejak tahun 1980-an. Tetapi pada waktu itu
istilahnya masih bahasa prokem (okem). Lalu bahasa tersebut diadopsi dan
dimodifikasi sedemikian unik dan digunakan oleh orang-orang di kalangan
tertentu saja. Pada awalnya bahasa prokem digunakan oleh para preman yang
kehidupannya dekat dengan kekerasan, kejahatan, alkohol, berjudi, dan hal gelap
lainnya. Banyak istilah baru yang mereka ciptakan untuk menyebutkan sesuatu
dengan tujuan agar orang diluar kelompok tidak ada yang memahami, tidak ada
yang mengerti apa yang mereka bicarakan. Mereka merancang kata-kata baru,
mengganti kata ke lawan kata, mencari kata-kata yang sepadan, dalam pergaulan
teman sebaya.
Awalnya
bahasa Slang hanya digunakan untuk merahasiakan pembicaraan apa yang sedang
mereka percakapkan, hanya digunakan dalam suatu komunitas. Namun dalam
perkembangannya, karena sering digunakan dan dianggap lebih nyaman saat
bergaul, bahasa ini digunakan diluar komunitas dan semakin berkembang. Hal ini
yang menyebabkan para remaja terjangkit oleh bahasa Slang sehingga semua remaja
memakainya. Kosakata dalam bahasa Slang pun tidak stagnan, berhenti di satu
titik. Melainkan selalu terus-terusan berkembang tidak beraturan dan bahkan
semakin kacau. Pun kita tidak dapat memprediksi bahasa slang apa lagi yang akan
digunakan pada kalangan remaja karena perkembangannya pesat dan tak berpola.
3.
Penggunaan
Bahasa Slang dan Pengaruhnya.
Bahasa
Slang merupakan bahasa pergaulan, bahasa yang hanya mampu dipahami atau
dimengerti kalangan atau komunitas tertentu. Hal ini dikarenakan remaja memiliki
bahasa sendiri dalam hal mengekspresikan diri. Sarana komunikasi diperlukan
untuk menyampaikan informasi yang sifatnya tertutup pada beberapa kelompok.
Banyak dari kalimat tersebut membuat beberapa orang memutuskan menjadi anti-sosial
akibat bahasa yang tidak mengerti ketika berinteraksi dengan orang lain. Ini
kaitannya dengan etika kita dalam pergaulan, mengenai sensitifitas atau tingkat
kepekaan kita terhadap lingkungan serta fenomena sosial yang terjadi dalam
bermasyarakat. Bahasa ini menimbulkan beberapa pengaruh yang buruk, berikut
beberapa pengaruhnya :
A.
Keberadaan
Bahasa Indonesia Terancam Terganti dengan Hadirnya Bahasa Slang.
Berbahasa,
sangat erat hubungannya dengan kebudayaan sebuah generasi. Jika generasi
sekarang terlalu tenggelam dengan bahasa baru yang mereka gunakan, lalu apa
kabar bahasa Indonesia yang dikatakan sebagai bahasa persatuan. Mereka akan
lebih sering, lebih nyaman menggunakan bahasa Slang atau gaul dalam berbahasa. Maka
sebuah generasi itu pun akan ikut buruk seiring memburuknya pemakaian bahasa
Indonesi yang tidak benar.
B.
Mendorong
Seseorang untuk Bersikap Apatis.
Masyarakat
berbicara, fungsinya agar orang lain mau mendengarkan apa yang ia ceritakan.
Mengungkapkan isi hatiya untuk mengekspresikan diri, hal ini dilakukan
menggunakan perantara bahasa. Bahasa yang digunakan oleh masing-masing individu
dalam penyampaiannya juga berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh
sebab itu bahasa Slang tercipta, sebagai wujud perantara penyampai perasaan.
Namun dalam perkembangan era modern, bahasa ini sangat riskan kaitanya terhadap
perasaan seseorang. Beberapa contoh yang sangat berpengaruh adalah kata-kata
berikut ini :
1.
Baper
Kata ini sebenarnya merupakan
akronim dari kata ‘bawa perasaan’. Baper biasanya ditujukan oleh para remaja kepada
seseorang yang terlalu serius dalam menanggapi sebuah obrolan, kejadian, atau
candaan. Hal ini kadang menjadi tolak ukur untuk pertemanan kita dengan
seseorang. Misalnya : “Males ah temenan sama dia, orangnya suka baper-an” atau
“Duh, jadi orang baper-an amat, hidup jangan dibawa serius kenapa” dan kalimat
lain sebagainya. Kata baper ini sangat berbahaya jika terus-terusan berkembang
dalam pergaulan, artinya ketika terkadang seseorang mengalami perasaan yag
tiba-tiba muncul dengan begitu mudahnya, orang-orang cenderung kurang bisa
menghargai perasaan orang tersebut dan menganggap itu adalah sebuah hal wajar
atau lumrah yang tidak seharusya dipermasalahkan secara berkepanjangan. Bahkan
dibeberapa kasus seperti candaan yang dapat menyakiti perasaan orang lain, hati
kita cenderung enggan untuk sekadar mengucapkan kata ‘maaf’, alih-alih berucap
maaf malah menertawakan dan mencibir. Mereka tidak akan bisa lagi memahami
perasaan orang lain dengan baik.
2.
Kepo
Sebenarnya kepo merupakan serapan dari kata asing yang secara umum
dapat diartikan sebagai rasa ingin tahu, penasaran, orang yang ingin suka ikut
campur dalam urusan orang lain. Jadi ketika seseorang mengalami kesulitan atau
seseorang memiliki sebuah informasi, kemudian ada orang lain yang bertanya ia
cenderung meresponnya dengan kalimat : “Apaansih ah, kepo aja. Urusin urusan
sendiri aja sana!”, mereka cenderung menyalah artikan rasa simpati atau
kepedulian dari seseorang. Membuat orang lain enggan bertanya, akhirnya mereka
lama-kelamaan pun akan malas untuk bertanya sehingga lebih memilih mengabaikan
atau bersikap acuh. Istilah ini semakin memperburuk tingkat pergaulan seiring
dengan kata baper yang terus menyebar.
3.
Galau
Beberapa remaja sering mengeluh galau, “Aduh aku lagi galau nih, kemarin pacarku minta putus”, kalimat
ini sangat sering didengar oleh kita-kita yang memiliki sahabat dengan
pergaulan yang modern atau terpengaruh bahasa slang tadi. Kata galau sendiri
memang sebenarnya sudah ada dalam bahasa Indonesia yang artinya kacau, atau
tidak karuan. Embel-embel galau bisa menimbulkan rasa kurang menghargai
perasaan orang lain, bahkan pada tahap yang mengerikan, orang bisa menertawakan
kesedihan sahabatmya sendiri hanya karena melabeli orang dengan kata galau.
4.
Modus
Merupakan akronim dari kata ‘Modal
Dusta’ sehingga orang sering memakainya. Ketika seseorang membantu dengan iklas
dianggap sebagai modus, hal seperti ini mengakibatkan seseorang menjadi enggan
untuk membantu atau sekedar menawarkan bantuan pada orang lain.
5.
Alay
atau Lebay
Kata-kata ini dapat diartikan
sebagai sebuah tindakan yang berlebihan atau terlalu di lebih-lebihkan. Hal ini
membuat seseorang yang mendapat label ini menjadi tersinggung. Misalkan
“Yaelah, laptop rusak aja lebay banget sih, tinggal bawa ke tukang service
aja pasti jadi kok. Nggak usah sampe nangis gitu lah, cengeng amat sih”,
kalimat tajam seperti ini aka membuat orang lain yang mendengar atau mengalami
hal tersebut menjadi terluka, menyebabkan mereka enggan lagi ketika harus
bercerita atau mengungkapkan perasaan yang sedang dialami, ataupun kesusahan
yang sedang dihadapi sehingga mereka lebih memilih untuk diam. Tidak akan lagi
ada percakapan yang terjadi hanya sekedar untuk berbasa-basi, ini mengakibatkan
orang-orang menjadi generasi acuh yang apatis, tidak peka terhadap perubahan
pada lingkungan sosial atau tempat tinggal mereka.
Kelima kata tersebut apabila terus
dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat maka akan terjadi
sebuah perubahan besar yang benar-benar buruk. Masyarakat akan berubah menjadi
tidak peduli dengan lingkungannya, tidak peduli dengan kesusahan yang dialami
orang lain, tidak dapat menghargai tindakan simpati orang lain dan hal-hal
buruk lain. Ini mendorong manusia untuk bersikap individualis atau egois.
Lantas, apa kita akan terus mengembangkan kata-kata ini untuk digunakan pada
saudara atau sahabat kita yang sedang kesusahan? Di mana letak hati nurani kita
ketika orang lain meraung minta bantuan dan malah hanya melabeli mereka dengan
kata “Ah, lebay” yang bisa menyakiti hati mereka? Di mana lagi letak etika
remaja ketika bersopan santun? Tidak ada undang-undang yang melarang untuk
penggunaan kata-kata tersebut. Namun ada baiknya kita dapat memilah sesuai
dengan situasi serta kondisi dimana kita berada.
BAB III
PENUTUP
Bahasa
Slang merupakan bahasa yang dibuat oleh komunitas tertentu guna menyampaikan
informasi secara rahasia agar orang lain tidak mengetahui apa yang sedang
dibicarakan. Sebagai manusia yang hidup di zaman modern seperti saat ini,
dimana pergaulan adalah masalah yang penting, kita sebagai pemuda seharusnya
mampu menyikapi pergaulan secara bijak. Memilah bahasa yang dipergunakan dalam
keseharian. Menggunakan bahasa Slang sesuai tempatnya. Selamatkan norma etika
kita untuk pergaulan yang lebih baik dan benar.
Comments
Post a Comment