BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama
yang pada hakikatnya adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang tidak dapat di
pisahkan dari kehidupan manusia, maka sangat perlu di pahami secara seksama.
Pada dasarnya agama merupakan
kebutuhan atau fitrah manusia. Dalam kehidupan manusia, agama merupakan hal
yang memiliki pengaruh sangat penting. Karena dalam konsepnya manusia juga
bergantung pada agama. Manusia mempercayai adanya kekuatan yang mampu
memberikan suatu perlindungan terhadap dirinya. Kekuatan itu yang akan
menyelamatkan kehidupan manusia. Manusia juga telah mempercayai kehidupan
setelah kematian, dengan demikian manusia menciptakan suatu hubungan dengan
sang Khalik dan menjadikannya pedoman dan pegangan hidup.
Demikian pentingnya agama dalam
kehidupan manusia, sehingga diakui atau tidaknya manusia tetap sangat
membutuhkan agama, tidak saja di masa primitif
dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum berkembang tetapi sampai sekarang
sewaktu ilmu dan teknologi telah berkembang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pada hakikatnya
dalam beragama pasti ada kepercayaan dan keyakinan kepada Tuhan. Sudah kita
ketahui bahwa kepercayaan di Indonesia dari zaman pra-sejarah berkembang dua
kepercayaan yaitu kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme sendiri berarti
mempercayai bahwa setiap benda di bumi memiliki jiwa yang harus di hormati
karena pada saat itu , masyarakat beranggapan bahwa mempercayai animisme
membantu mereka dari semangat, roh jahat dan juga dalam kehidupan keseharian
mereka. Dan dinamisme adalah kepercayaan yang meyakini semua benda benda di
dunia baik yang hidup maupun yang mati mempunyai daya dan kekuatan gaib.
Jadi, arti dari
kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis sesorang yang menganggap suatu itu
benar. Menurut James W. Fowler Profesor Teologi dan Perkembangan Manusia di
Emory University di Atlanta (Georgia) bahwa “kepercayaan eksistensial”
merupakan suatu kegiatan universal manusia. Maka, bisa dipastikan bahwa agama
itu saling berkaitan erat dengan kepercayaan.
Secara etimologi,
agama berasal dari bahasa Sanskerta. Yang disusun dari kata a dan gama yang berarti a itu tidak dan gama itu berubah. Jadi jika digabungkan, agama tidak berubah. Dan secara
terminologi, pengertian agama ialah suatu keyakinan atau kepercayaan manusia
yang menghubungkan manusia itu dengan tatanan kehidupan.
Agama merupakan bagian dari fitrah manusia. Manusia di
ciptakan oleh Tuhan dalam bentuk cenderung beragama. Dalam artian manusia
mencintai kesempurnaan yang mutlak dan hakiki serta ingin menyembah Tuhan.
Dalam kitab Ma’arif Al-Qur”an juz 1 hal. 37, menyebutkan bahwa adanya ciri
fitrah yang petama adalah fitrah tersebut di peroleh tanpa usaha atau ada
dengan sendirinya dan yang kedua fitrah tersebut ada pada manusia walaupun
keberadaannya berbeda-beda. Dengan demikian dapat di katakan bahwa manusia
tidak harus di paksa dalam beragama namun vukup kembali pada dirinya dan alam
sekitarnya. Allah berfirman, “ maka hadapkanlah wajahmu kepada din dengan
lurus, sebagai fitrah Allah yang atasnya
manusia di ciptakan.” (QS. Rum 30).
Sekilas
teori-teori kemunculan agama
Kaum
materialis memiliki sejumlah teori tentang kemuculan agama, antara lain :
·
Agama
muncul karena kebodohan manusia.
Sebagian
mereka berpendapat, bahwa agama muncul karena kebodohan manusia. Pada awal
periode primtif karena manusia tidak mengetahui rahasia alam , amak mereka
menyandarkan segala fenomena alam kepada Dzat yang gaib.
Tetapi dengan adanya perkembangan
sains sampai pada batas segala sesuatu terkuak dengan ilmu yang empiris, maka
keyakinan terhadap yang ghaib tidak lagi mempunyai tempat di tengah-tengah
mereka.
Jadi
dapat di katakan bahwa semakin pandai seseorang akan semakin jauh ia dari agama bahkan akhirnya
tidak beragama, dan semakin bodoh seseorang maka semakin kuat agamanya. Artinya jika sesorang
yang memiliki kepandaian ia akan berfikiran terhadap materil sedangkan
rohaninya kosong, dan begitu juga sebaliknya.
·
Agama
muncul karena kelemahan jiwa ( takut )
menurut
teori ini agama muncul karena merasa lemah atau takut, hal ini dapat di
gambarkan seperti sesorang yang memiliki ketakutan dalam beragama.
·
Agama
adalah produk penguasa
Menurut
teori ini bahwa agama merupakan produk
para penguasa yang diberlakukan atas rakyat yang terrindas, sebagai upaya agar
mereka tidak berontak dan menerima keberadaan sosial ekonomi. Dalam hal ini di
maksudkan bahwa mereka di doktrin dengan agama seperti mereka arus sabar,
menerima takdir, jangan marah dan lainnya.
·
Agama
adalah produk orang- orang yang lemah
Dalam
teori ini bersebrangan dengan teori-teori sebelumnya, teori ini memuat bahwa agama hanyalah sebagai
perisai yang di ciptakan oleh orang-orang yang kuat. Beberapa norma-norma
seperti, norma kemanusiaan, kedermawanan, belas kasih, keseatriaan keadilan
sengaja di aplikasikan dan di sebarluaskan kepada orang yang kuat, yang
mengakibatkan adanya keterpaksaan untuk
mengurangi pengaruh kekuatan dan kekuasaanya.
B. Hubungan
Agama dan Manusia
Agama berkaitan dengan usaha-usaha
manusia untuk mengukur makna dan hubungannya dari keberadaannya sendiri maupun
yang lainnya. Agama menimbulkan khayalan
yang sangat luas dan sangat mendasar. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan
batin yang sangat sempurna juga perasaan
takut akan kehidupan tidak terlihat (akhirat).
Sehingga orang yang beragama pasti
akan mendisiplinkan dirinya terhadap agama itu sendiri, entah larangan maupun perintahnya.
Secara otomatis agama akan mempengaruhi aspek-aspek kehidupan.
Fenomena agama selalu hadir dalam
kehidupan manusia karena manusia tidak lepas dari Tuhannya, yang senantiasa
mengatur kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dalam praktiknya agama memiliki
banyak fungsi dari berbagai aspek yang didasari oleh alasan berikut :
1. Karena agama merupakan sumber moral.
2. Karena agama merupakan petunjuk kebenaran yang hakiki yang berasal dari Tuhannya.
3. Karena agama mendasari perkembangan ilmu.
4. Karena agama mentrentramkan jiwa bagi manusia.
Manusia sejak
dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya. Dan belum mengetahui apa-apa
sesuai firman Allah dalam Q.S. An-Nahl (16) : 78
“Allah mengelarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran,
penglihatan dan hati, tetapi sedikit diantara mereka yang mensyukurinya.”
Dengan adanya
interaksi-interaksi antara sesamanya maka akan terbentuklah tipe-tipe
masyarakat dan agama antaranya :
Tipe pertama : Masyarakat-masyarakat
yang terlatar belakang dan nilai-nilai sakral. Masyarakat yang mewakili tipe
ini adalah masyarakat gyang kecil, terisolasi dan terbelakang. Setiap anggot
tipe masyarakat ini bersama-sama menganut agama yang sama, oleh karena itu
keanggotaan dan mereka dalam masyarakat dan dalam kelompok keagamaan afdalah
sama. Agama menyusup ke dalam kelompok aktivitas yang lain, baik yang bersifat
ekonomis, poltik, kekeluargaan maupun rekreatif. Tipe
masyarakat ini cukup
kecil anggotanya karenanya sebagian besar adat istidatanya di kenal, paling
tidak melalui pembicaraan dari mulut ke mulut oleh semua anggotanya. Masyarakat
ini berpendapat bahwa pertama, agama memasukan pengurah yang sakral ke dalam
sistem nilai masyarakat secara mutlak. Kedua, dalam keadaan lembaga lain selain
keluarga, relatif belum berkembang, agama jelas menjadi fokus utama bagi
pengintegrasian dam persatuan dari masyrakat secara keseluruhan. Nilai nila
keagamaan, sebagaimana kita ketahui sering menghalang-halangi perubahan. Inilah
sebab yang sangat penting mengapa kekuasaan tradisi sangat kuat dalam
masyarakat – masyarakat semacam itu. Lagi pula karena tidak adanya kepentingan
kepentingan yang bertentangan dan tidak adanya peleburan agama di dalam aspek
kehidupan sosial, agama memberi pengaruh yang sangat mengikat dan menstabilkan.
Bagi
individu, agama memberi bentuk pada keseluruhan proses sosialisasi. Sosialisasi
di tandai oleh upacara keagamaan pada peristiwa kelahiran, masa remaja,
perkawinan, dan pada saat-saat penting lainnya dalam kehidupan. Pengeturan
pribadi erat dengan nilai-nilai keagamaan, yang di wariskan secara langsung
kepada generasi-generasi selanjutnya.
Sikap
individu ini, yang kami sebut tipe pertama, mencerminkan jenis masyrakat yang
selama bertahun-tahun di pelajari oleh para sarjana antropologi. Para sarjana
antropologi juga telah membawa perhatian kita terhadap aspek yang telah tetap
ada dalam fungsi0funsi keagamaan dalam masyrakat.
Tipe Kedua : masyarakat-masyrakat
pra-industri yang sedang berkembang. Masyarakat-
masyarakat tipe ini tidak begitu terisolasi, Berubah lebih cepat, lebih luas
dareahnya, dan lebih besar jumlah penduduknya, serta di tandai dengan tingkat
perkembangan teknologi yang lebih tinggi kepada masyarakat-masyrakat tipe
pertama. Ciri umumnya yaitu pembagian kerja yang luas, kelas-kelas sosial yang
beraneka ragam, serta adanya kemampuan tulis baca, sampai tingkat tertentu.
Suatu
organisasi keagamaan yang biasanya menghimpun semua anggota memberi ciri khas
kepada tipe masyarakat ini, walaupun ia merupakan organisasi formal yang
terpisah dan berbeda, serta mempunyai tenaga profesional sendiri. Agama tentu
saja memberikan arti dan ikatan kepad sistem nilai dalam tipe masyarakat ini,
akan tetapi pada saat yang sama lingkungan yangn skaral dan yang sekurel itu
sedikit banyaknya masih dapat di bedakan.
Tipe
ketiga : masyarakat-masyarakat industry sekuler. Terdapat sejumlah sub-sub tipe
didalam kelompok masyarakat tipe ketiga yang dapat diutarakan secara memadai
menurut tipologi kami deskripsi dibawah ini jelas agak condong kepada
masyarakat perkotaan modern di Amerika Serikat. Akan tetapi yang disebut
terakhir ini, karena tingginya tingkat sekulerismenya, bisa dianggap sebagai
salah satu contoh yang paling mirip dengan masyarakat tipe ketiga ini.
Masyarakat-masyarakat
ini sangat dinamik. Teknologi semakin
berpengaruh terhadap semua aspek
kehidupan, sebagian besar penyesuaian-penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi
yang penting adalah penyesuaian-penyesuaian dalam hubungan-hubungan kemanusiaan
mereka sendiri. Pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat
juga mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi agama. Pengaruh inilah yang
merupakan salah satu sebab mengapa anggota-anggota masyarakat tersebut semakin
lama semakin terbiasa menggunakan metode-metode empirik berdasarkan penalaran
dan efisiensi dalam menanggapi berbagai masalah kemanusiaan. Oleh karena itu
lingkungan yang bersifat sekuler meluas terus menerus seringkali dengan
mengorbankan lingkungan yang sakral. Pada umumnya kecenderungan sekulerisasi
ini mempersempit ruang gerak kepercayaan-kepercayaan dan pengalaman-pengalaman
keagamaan terbatas pada aspek-aspek yang lebih kecil dan bersifat khusus dalam
kehidupan bermasyarakat dan anggota-anggotanya sendiri.
a. Tujuan
agama
Adapun tujuan dari agama itu
sendiri adalah sebagai aturan Tuhan yang dapat membimbing manusia yang berakal
untuk mendapatkan kebahagian didunia dan di akhirat. Selain itu agama juga
mengajarkan kebaikan makhluknya untuk dirinya maupun masyarakat sekitarnya.
Ajaran agama yang umum megandung kebenaran yang tidak dapat diubah meskipun
masyarakat telah menerima itu berubah dalam struktur dan cara berfikirnya. Beberapa
tujuan agama yaitu :
1. Menegakkan
kepercayaan manusia hanya kepadaTuhan Yang Maha Esa.
2. Mengatur
kehidupan manusia di dunia, agar kehidupan teratur dengar baik, sehingga dapat
mencapai kesejahteraan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
3. Menyempurnakan
akhlak manusia.
b. Fungsi agama,
Fungsi pertama agama ialah mendefinisikan siapakah saya dan siapakah Tuhan,
serta bagaimanakah saya berhubungan dengan tuhan itu. Bagi muslim, dimensi ini
dinamakan sebagai hablun minallah
dan ia merupakan skop manusia meneliti dan mengkaji kesahihan kepercayaanya
dalam menguraikan persoalan diri dan tuhan yang disebutkan tadi. Cara
menanamkan konsep atau pentingnya agama Pada hakikatnya bahwa agama merupakan
aspek penting dalam kehidupan manusia. Ada beberapa metode menanamkan suatu
konsep pentingnya agama terhadap manusia. Penanaman nilai-nilai agama yang
dimaksud disini adalah suatu tindakan atau cara untuk menanamkan pengetahuan
yang berharga berupa nilai keimanan, ibadah dan akhlakyang berlandaskan pada
wahyu Allah SWT dengan tujuan agar anak mampu mengamalkan pengetahuannya dalam
kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar dengn kesadaran tanpa paksaan.
Disini penulis
lebih menekankan penanaman agama pada anak diusia dini. Nilai agama merupakan
nilai dasar yang semestinya sudah dikenalkan pada anak mulai dari rumah,
sehingga pengetahuan disekolah hanya akan menambah wawasan saja, sebaliknya,
orang tua harus menularkan kepada anak nilai-nilai agama agar anak mudah
mengerti, mempercayai, menjunjung tinggi kebenaran-kebenaran yang berasal dari
sang pencipta. Contoh lain adalah kebiasaan menyumbang atau membantu tetangga
yang kesusahan, akan tertanam dipikiran anak ketika orangtua mengatakan
alasannya melakukan itu. Jadi bukan dengan pemaksaan, tapi dari contoh nyata
orangtua, sampai akhirnya anak terdorong untuk melakukan hal yang sama di lain
hari. Orangtua yang menjalankan nilai-nilai keagamaan pada kehidupan dirumah
akan mudah membentuk perilaku anak. Nilai agama bagi anak adalah landasan dasar
untuk anak dalam beraktivitas dikeseharianya sehingga bisa menjadi filter atau
penyaring alami terhadap sikap dan perilaku yang cenderung negatif.
Anak jadi tahu
dan mengertti mana yang baik dan boleh dilakukan dan mana yang tidak. Orangtua
pun tidak menjadi was was ketika anak beraktivitas diluar rumah. Berikut adalah langkah menanamkan nilai
religius kepada
anak :
1. Perkenalkan
anak dengan sang pencipta dan ciptaanya
2. Ketika
usia anak cukup, ajak dan tanamkan betapa menyenangkannya menjalankan ibadah.
3. Berilah
pemahaman yang sederhana terhadap sesuatu yang boleh dan tidak dilakuan.
4. Ceritakan
kisah-kisah keagamaan, baik berupa cerita sejaah atau kisah inspiratif dari
tokoh agama.
5. Ajarkan
anak untuk bersikap toleransi kepada pemeluk agama lain sesuai dengan ajaran
agama.
6. Dengan
menanamkan nilai agama sejak dini anak akan mudah menyerap dan mereflesikannya pada
saat berbicara dan bertingkah laku disegala aktivitas bersama teman-temannya.
By: Ayu Khamelia Sari, dkk
DAFTAR PUSTAKA
Agus Cremers , 1995, Teori
Perkembangan Kepercayaan, Yogyakarta, kamsius.
Sidi Gazalba, 1975, Asas Agama Islam , Jakarta, Butan
Bintang.
Elizabeth K Nottinghom, 1985 Agama dan Masyarakat,
Jakarta. Rajawali pers.
Endang caifuddin Ashari, 1979 , Agama dan Kebudayaan.
Bandung, Bina Ilmu Surabaya.
Taufik Abdullah, ed, 1983. Agama dan Perubahan
Sosial.Jakarta. Rajawali.
Web
:
Http://www.aqead.com/mostabser/guestbook/662/
http://id.m.wikipedia.org/wiki/animismehttps://pellmati.blogspot.co.id/2011/12/konsep-agama.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/agama
terimakasih infonya gan
ReplyDeletekunjungi website kita www.uma.ac.id , www.ekonomi.uma.ac.id
Sangat menunjang
ReplyDeleteDan bermotivasi
Bsa di download?