Setelah satu setengah abad dinasti Mughal
berada di puncaknya, Mughal mengalami kemunduran setelah pemerintahan
Aurangzeb. Kesuksesan para pendahulu mereka tidak bisa dipertahankan oleh
penerusnya, bahkan menjadi rebutan. Selain menjadi ajang rebutan, dinasti
Mughal juga semakin terancam dengan adanya gerakan separatis Hindu di India
tengah, Sikh di belahan utara, dan Islam di bagian timur. Sementara itu Inggris
yang diizinkan menanamkan modal, dengan kekuatan bersenjata semakin menguasai
wilayah pantai. Konflik-konflik berkepanjangan yang terjadi antara keluarga
kerajaan yang memperebutkan kuasaan di pusat pemerintahan, mengakibatkan
pengawasan terhadap daerah melemah. Pemerintahan daerah satu persatu melepaskan
loyalitasnya dari pemerintahan pusat. Ketika kerajaan Mughal memasuki keadaan
yang lemah seperti ini, perusahaan Inggris (EIC) yang sudah makin kuat
mengangkat senjata melawan Mughal.
Pada Akhirnya Sultan Mughal Syah Alam
(1761-1806) membuat perjanjian damai dengan menyerahkan Oudh, Bengal, dan Orisa
kepada Inggris. Syah Alam meninggal tahun 1806 yang dilanjutkan oleh Akbar
II(1806-1837). Ia memberikan konsesi kepada EIC (East India Company) untuk
mengembankan usahanya di India dengan syarat harus menjamin kehidupan raja dan
keluarganya. Akan tetapi Bahadur Syah(1837-1858) tidak menerima isi perjanjian
EIC dengan ayahnya itu, hingga menimbulkan konflik. Pada saat yang sama EIC
mengalami kerugian dan sekaligus harus menjamin kehidupan raja dan istana,
akhirnya EIC mengadakan pungutan yang yang mencekik dan kasar.
Karena itu rakyat, baik yang beragama Islam
maupun Hindu bangkit dan menuntut Bahadur Syah sebagai lambang perlawanan untuk
mengembalikan kejayaan Mughal. Dengan demikian terjadilah perlawanan terhadap
Inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan
dukungan penguasa lokal hindu dan muslim. Inggris kemudian mengusir para
pemberontak dari Delhi, banyak rumah ibadah dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja
Mughal terakhir, diusir dari istananya (1858 M). Dengan demikian berakhirlah
sejarah Dinasti Mughal di India tinggallah di sana Umat Islam yang harus
berjuang mempertahankan eksistensi mereka.
Kerajaan Mughal mencapai puncaknya pada masa
Akbar I. Kemantapan stabilitas palitik yang dicapai Akbar membawa
kemajuan-kemajuan di bidang-bidang lain, di antaranya sebagai berikut. Di
bidang ekonomi, mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan.
Sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Di bidang
seni dan budaya, misalnya karya sastra gubahan penyair istana yaitu Malik
Muhammad Jayazi angan karyanya Padmavat (karya yang mengandung pesan kebajikan
jiwa manusia), karya-karya arsitektur seperti istana Fatehpur Sikri, dan
masif-masjid.
Pada tahun 1858 M kerajaan Mughal mengalami
kehancuran, penyebabnya antara lain: Terjadinya stagnasi pembinaan kekuatan
militer sehingga kekuasaan militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak
dapat dipantau oleh maritim Mughal. Begitu juga kekuatan darat. Bahkan, mereka
kurang terampil menggunakan persenjataan Mughal sendiri. Kemerosotan moral dan
hidup bermewah-mewahan para petinggi kerajaan itu, yang mengakibatkan
pemborosan uang negara. Konflik agama yang sukar diatasi sultan-sultan akibat
pelaksanaan ide-ide puritan dan kecendrungan asketisnya yang terlampau kasar.
Daftar Pustaka
https://www.openulis.com
Suyantara, Bahroin, M.A. Sejarah Kebudayaan
Islam. Bogor: Yudistira, 2001
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008
Comments
Post a Comment