Strategi dan Perencanaan Pengembangan Keagamaan Pada Anak Usia Dini

  A.       Strategi Pengembangan Keagamaan Pada PAUD 1.        Menanamkan Rasa Cinta Kepada Allah SWT Diantara cara membimbing anak menuju akidah yang benar adalah dengan mendidik mereka untuk mencintai Allah. Pendidikan ini harus diberikan sejak   ini. Pada saat tersebut, mulailah mereka diperkenalkan kepada makhluk-makhluk Allah (manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan) yang terdekat disekitar mereka.   Selain itu, juga perlu diupayakan adanya keterikatan antara mereka dengan yang   telah menciptakannya, pemilik keagungan, pemberi nikmat, dan maha dermawan.   Dengan bentuk seperti ini anak pasti akan mencintai Allah (Rajih, 2008: 87-88) Rasa cinta kepada Allah beserta seluruh ciptaannya dapat diperkenalkan pada anak usia dini melalui pembelajaran saintifik. Pembelajaran saintifik tersebut akan mengenalkan akan pada makhluk ciptaan Allah sekaligus mengenalkan anak untuk mencintai ilmu pengetahuan dengan proses mengamati. Menciptakan rasa cinta kepada Allah juga diikuti oleh men

Kerajaan Mughal

Kerajaan Mughal

Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncaknya, Mughal mengalami kemunduran setelah pemerintahan Aurangzeb. Kesuksesan para pendahulu mereka tidak bisa dipertahankan oleh penerusnya, bahkan menjadi rebutan. Selain menjadi ajang rebutan, dinasti Mughal juga semakin terancam dengan adanya gerakan separatis Hindu di India tengah, Sikh di belahan utara, dan Islam di bagian timur. Sementara itu Inggris yang diizinkan menanamkan modal, dengan kekuatan bersenjata semakin menguasai wilayah pantai. Konflik-konflik berkepanjangan yang terjadi antara keluarga kerajaan yang memperebutkan kuasaan di pusat pemerintahan, mengakibatkan pengawasan terhadap daerah melemah. Pemerintahan daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintahan pusat. Ketika kerajaan Mughal memasuki keadaan yang lemah seperti ini, perusahaan Inggris (EIC) yang sudah makin kuat mengangkat senjata melawan Mughal.
Pada Akhirnya Sultan Mughal Syah Alam (1761-1806) membuat perjanjian damai dengan menyerahkan Oudh, Bengal, dan Orisa kepada Inggris. Syah Alam meninggal tahun 1806 yang dilanjutkan oleh Akbar II(1806-1837). Ia memberikan konsesi kepada EIC (East India Company) untuk mengembankan usahanya di India dengan syarat harus menjamin kehidupan raja dan keluarganya. Akan tetapi Bahadur Syah(1837-1858) tidak menerima isi perjanjian EIC dengan ayahnya itu, hingga menimbulkan konflik. Pada saat yang sama EIC mengalami kerugian dan sekaligus harus menjamin kehidupan raja dan istana, akhirnya EIC mengadakan pungutan yang yang mencekik dan kasar.
Karena itu rakyat, baik yang beragama Islam maupun Hindu bangkit dan menuntut Bahadur Syah sebagai lambang perlawanan untuk mengembalikan kejayaan Mughal. Dengan demikian terjadilah perlawanan terhadap Inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan dukungan penguasa lokal hindu dan muslim. Inggris kemudian mengusir para pemberontak dari Delhi, banyak rumah ibadah dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istananya (1858 M). Dengan demikian berakhirlah sejarah Dinasti Mughal di India tinggallah di sana Umat Islam yang harus berjuang mempertahankan eksistensi mereka.
Kerajaan Mughal mencapai puncaknya pada masa Akbar I. Kemantapan stabilitas palitik yang dicapai Akbar membawa kemajuan-kemajuan di bidang-bidang lain, di antaranya sebagai berikut. Di bidang ekonomi, mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Di bidang seni dan budaya, misalnya karya sastra gubahan penyair istana yaitu Malik Muhammad Jayazi angan karyanya Padmavat (karya yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia), karya-karya arsitektur seperti istana Fatehpur Sikri, dan masif-masjid.
Pada tahun 1858 M kerajaan Mughal mengalami kehancuran, penyebabnya antara lain: Terjadinya stagnasi pembinaan kekuatan militer sehingga kekuasaan militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat dipantau oleh maritim Mughal. Begitu juga kekuatan darat. Bahkan, mereka kurang terampil menggunakan persenjataan Mughal sendiri. Kemerosotan moral dan hidup bermewah-mewahan para petinggi kerajaan itu, yang mengakibatkan pemborosan uang negara. Konflik agama yang sukar diatasi sultan-sultan akibat pelaksanaan ide-ide puritan dan kecendrungan asketisnya yang terlampau kasar.

Daftar Pustaka
https://www.openulis.com

Suyantara, Bahroin, M.A. Sejarah Kebudayaan Islam. Bogor: Yudistira, 2001

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008

Comments

Popular posts from this blog

ALIRAN NATIVISME, EMPIRISME DAN KONVERGENSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

ORGANISASI PENDIDIKAN : JENIS DAN STRATEGI PENGUATAN

IPTEK dan Seni Dalam Pandangan Islam