Pada hakikatnya setiap manusia adalah
seorang pemimpin dan setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Manusia sebagai pemimpin minimal harus mampu memimpin dirinya
sendiri. Dalam lingkungan organisasi harus ada pemimpin yang secara ideal
dipatuhi dan disegani oleh bawahannya. Kepemimpinan dapat terjadi melalui dua
bentuk, yaitu: kepemimpinan formal (formal leadership) dan kepemimpinan
informal (informal leadership). Kepemimpinan formal terjadi apabila
dilingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi
oleh orang-orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi, sedang
kepemimpinan informal terjadi, di mana kedudukan pemimpin dalam suatu
organisasi diisi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang
lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya dirasakan
mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan dari anggota
organisasi yang bersangkutan.
Dalam pandangan Islam kepemimpinan
tidak jauh berbeda dengan model kepemimpinan pada umumnya, karena
prinsip-prinsip dan sistem-sistem yang digunakan terdapat beberapa kesamaan.
Kepemimpinan dalam Islam pertama kali dicontohkan oleh Rasulullah SAW,
kepemimpinan Rasulullah tidak bisa dipisahkan dengan fungsi kehadirannya
sebagai pemimpin spiritual dan masyarakat. Prinsip dasar kepemimpinan beliau
adalah keteladanan. Dalam kepemimpinannya mengutamakan uswatun hasanah
pemberian contoh kepada para sahabatnya yang dipimpin. Rasulullah memang
mempunyai kepribadian yang sangat agung, hal ini seperti yang digambarkan dalam
al-Qur'an: Artinya: “Dan Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berada dalam
akhlak yang agung”. (Q. S. al-Qalam: 4)
Dari ayat di atas menunjukkan bahwa
Rasullullah memang mempunyai kelebihan yaitu berupa akhlak yang mulia, sehingga
dalam hal memimpin dan memberikan teladan memang tidak lagi diragukan.
Kepemimpinan Rasullullah memang tidak dapat ditiru sepenuhnya, namun setidaknya
sebagai umat Islam harus berusaha meneladani kepemimpinan-Nya. Definisi
kepemimpinan menurut Rost adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi
diantara pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan nyata yang
mencerminkan tujuan bersamanya. Menurut Danim kepemimpinan adalah setiap
tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mengkoordinasi dan memberi arah
kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Yukl
kepemimpinan didefinisikan sebagai proses-proses mempengaruhi, yang
mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari
sasaran bagi kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktivitas kerja
untuk mencapai sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut untuk mencapai
sasaran, pemeliharaan hubungan kerjasama dan teamwork, serta perolehan dukungan
dan kerjasama dari orang-orang yang berada di luar kelompok atau organisasi.
Dari beberapa teori yang ada Stogdill
menghimpun sebelas definisi kepemimpinan, yaitu kepemimpinan sebagai pusat
proses kelompok, kepribadian yang berakibat, seni menciptakan kesepakatan,
kemampuan mempengaruhi, tindakan perilaku, suatu bentuk bujukan, suatu hubungan
kekuasaan, sarana pencapaian tujuan, hasil interaksi, pemisahan peranan dan
awal struktur. Definisi tentang kepemimpinan memang sangat umum dan sulit untuk
ditetapkan dalam satu definisi yang dapat mengakomodasikan berbagai arti yang
banyak dan spesifik untuk melayani pengoperasian variabel tersebut. Dari
beberapa pengertian di atas pengertian kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga
hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya, adanya
pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut itu
berinteraksi.
Aktivitas kepemimpinan memang sangat
penting dalam suatu organisasi, di mana pentingnya pemimpin dan kepemimpinan
yang baik telah diuraikan oleh Mohyi sebagai berikut:
a.
Sebagai
pengatur, pengarah aktivitas organisasi untuk mencapai tujuan.
b.
Penanggung
jawab dan pembuat kebijakan-kebijakan organisasi.
c.
Pemersatu
dan memotivasi para bawahannya dalam melaksanakan aktivitas organisasi.
d.
Pelopor
dalam menjalankan aktivitas manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan serta pengelolaan sumber daya yang ada.
e.
Sebagai
pelopor dalam memajukan organisasi dll.
Secara teoritis dalam manajemen,
kepemimpinan harus mempunyai beberapa kriteria, karena kepemimpinan merupakan
hal yang paling mendasar bagi kelangsungan suatu kelompok organisasi untuk
meghantarkan, mencapai tujuan. Menurut Tanthowi kriteria kemampuan yang harus
ada pada seorang pimpinan adalah sebagai berikut:
1.
Melihat
organisasi secara keseluruhan
2.
Mengambil
keputusan
3.
Melaksanakan
pendelegasian
4.
Memimpin
sekaligus mengabdi
Pemimpin merupakan pribadi yang
memiliki ketrampilan teknis, khususnya dalam suatu bidang, sehingga mampu
mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas, demi pencapaian
tujuan organisasi. Seorang pemimpin yang memiliki born leader dianggap
mempunyai sifat unggul yang dibawa sejak lahir, sifatnya khas dan unik, tidak
dimiliki atau tidak dapat ditiru oleh orang lain. Namun pada masa sekarang
dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang serba modern dan kompleks, di mana-mana
selalu dibutuhkan pemimpin.
Pada umumnya seseorang yang diangkat
menjadi pemimpin didasarkan atas kelebihan-kelebihan yang dimilikinya
dibandingkan dengan orang-orang yang dipimpinnya, di mana kelebihan-kelebihan
tersebut diantaranya sifat-sifat yang dimiliki berkaitan dengan
kepemimpinannya. Kelebihan sifat ini merupakan syarat utama menjadi seorang
pemimpin yang sukses. Berkaitan dengan masalah sifat-sifat pemimpin sebagai
syarat utama kepemimpinan banyak pakar yang mengajukan pendapatnya, diantaranya
menurut Slikbour menyatakan bahwa sifat-sifat kepemimpinan itu meliputi 3 hal,
yaitu:
a.
Kemampuan
dalam bidang intelektual
b.
Berkaitan
dengan watak
c.
Berhubungan
dengan tugas sebagai pemimpin
Keberhasilan sekolah untuk mencapai
tujuannya antara lain sangat ditentukan oleh kehandalan kepemimpinan kepala
sekolah dalam mengelola sekolahnya. Peranan kepemimpinan dalam suatu organisasi
sangat berpengaruh untuk mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan. Karena itu,
keberhasilan suatu organisasi mencapai tujuannya secara efektif dan efisien
sangatlah ditentukan oleh kehandalan kepemimpinan seorang pemimpin.
Kepemimpinan dalam pandangan Islam
merupakan amanah dan tanggung jawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan
kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan dipertanggung
jawabkan di hadapan Allah SWT. Jadi, pertanggungjawaban kepemimpinan dalam
Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia, tetapi bersifat
vertikal-moral, yakni tanggung jawab kepada Allah SWT di akhirat. Kepemimpinan
sebenarnya bukanlah sesuatu yang menyenangkan, tetapi merupakan tanggung jawab
sekaligus amanah yang amat berat dan harus diemban sebaik-baiknya. Hal tersebut
dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al-Mu’minun: Artinya: Dan orang-orang yang
memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji mereka dan orang-orang
yang memelihara sholatnya, mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi surga
Firdaus, mereka kekal di dalamnya. (Q.S. al-Mukminun 8-11)
Selain dalam Al Qur’an Rasulullah SAW
juga mengingatkan dalam Haditsnya agar dapat menjaga amanah kepemimpinan, sebab
hal itu akan dimintai pertanggungjawaban baik di dunia maupun dihadapan Allah
SWT. Hal itu dijelaskan dalam Hadits berikut:
Artinya: Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan
dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya (H. R. Bukhori)
Di samping dalam hadits di atas
Rasulullah juga mengingatkan pada Hadits lain agar umatnya tidak menyia-nyiakan
amanah, karena hal tersebut akan membawa kehancuran. Penjelasan tersebut
dijelaskan dalam Hadits beliau:
Artinya: “Apabila amanah disia-siakan
maka tunggulah saat kehancuran. (Waktu itu) ada seorang sahabat yang bertanya,
apa (indikasi) menyia-nyiakan amanah itu ya Rasul? Beliau menjawab: “Apabila
suatu perkara diserahkan orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat
kehancurannya”. (H. R. Bukhori)
Dari penjelasan Al Qur’an surat
al-Mukminun 8-11 dan kedua Hadits di atas dapat diambil suatu benang merah
bahwa dalam ajaran Islam seorang pemimpin harus mempunyai sifat amanah, karena
seorang pemimpin akan diserahi tanggung jawab, jika pemimpin tidak memiliki
sifat amanah, tentu yang terjadi adalah penyalahgunaan jabatan dan wewenang
untuk hal-hal yang tidak baik. Oleh karena itu, kepemimpinan sebaiknya tidak
dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi justru dimaknai sebuah
pengorbanan dan amanah yang harus diemban sebaik-baiknya. Selain bersifat
amanah seorang pemimpin harus mempunyai sifat yang adil. Hal tersebut
ditegaskan oleh Allah dalam firmannya: Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh
kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat (Q. S. al- Nisa’:
58)
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh
(kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan… (Q. S. al-Nahl: 90)
Dari penjelasan di atas dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah sebuah amanah yang harus diemban
dengan sebaik-baiknya, dengan penuh tanggung jawab, profesional dan keikhlasan.
Sebagai konsekuensinya pemimpin harus mempunyai sifat amanah, profesional dan
juga memiliki sifat tanggung jawab. Kepemimpinan bukan kesewenang-wenangan
untuk bertindak, tetapi kewenangan melayani untuk mengayomi dan berbuat
seadil-adilnya. Kepemimpinan adalah keteladanan dan kepeloporan dalam bertindak
yang seadil-adilnya. Kepemimpinan semacam ini hanya akan muncul jika dilandasi
dengan semangat amanah, keikhlasan dan nilai-nilai keadilan.
Daftar Pustaka
Wahjosumidjo. 2005. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Muhadi, Zainuddin & Mustaqim, Abd. 2005. Studi
Kepemimpinan Islam (Telaah Normatif & Historis). Semarang: Putra Mediatama
Press.
Triantoro, Safaria. 2004. Kepemimpinan. Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu.
Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit
Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Yukl, Gary. 2002. Leadership in Organizations. New york:
Prentice Hall.
Syafiie, Inu Kencana. 2000. Al Qur’an dan Ilmu Administrasi.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep,
Strategi dan Implementasi. Bandung: Rosdakarya.
Mohyi, Ach. 1999. Teori & Prilaku Organisasi.
Trioningsih-Ratih Juliati (ed) UMM: Malang.
Tanthowi, Jawahir. 1983. Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran
Alqu’an. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Kartono, Kartini. 2004. Pemimpin dan Kepemimpinan. Apakah
Kepemimpinan Abnormal itu?. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Nawawi, Hadari. 2003. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi.
Yogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Sumber:
www.kabar-pendidikan.blogspot.com,
www.kmp-malang.com
www.arminaperdana.blogspot.com
Comments
Post a Comment